Raksasa Teknologi Di Ujung Tanduk, Gaji Ceo Tembus Rp 16,4 Miliar

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Baru-baru ini, Intel menunjuk CEO baru menggantikan posisi Pat Gelsinger nan dipaksa mengundurkan diri pada akhir 2024 silam. CEO baru Lip-Bu Tan merupakan sosok terkenal di industri chip.

Ia sukses menggenjot optimisme pasar terhadap masa depan Intel nan sedang berdarah-darah. Saham Intel dilaporkan melonjak lebih dari 10% usai penunjukan Tan pada pekan lalu. Sepanjang 2025, saham Intel sudah melonjak nyaris 20%.

Intel rela menggelontorkan duit banyak demi menggaet Tan sebagai nakhoda baru Intel. CNBC International melaporkan Tan bakal menerima kompensasi total senilai US$1 juta (Rp16,4 miliar) dalam corak penghasilan dan bingkisan tahunan senilai US$2 juta (Rp32,8 miliar).

Tak hanya itu, Tan bakal menerima unit saham dalam hibah ekuitas jangka panjang senilai US$14,4 juta (Rp236 miliar), serta hibah keahlian sebesar US$17 juta (Rp278 miliar) dalam corak saham Intel, dikutip dari CNBC International, Senin (17/3/2025).

Kedua hibah tersebut bakal bertindak selama 5 tahun, meskipun Tan tidak bakal memperoleh satu pun saham tersebut jika nilai saham Intel turun selama 3 tahun ke depan. Ia dapat memperoleh lebih banyak saham jika nilai saham perusahaan mengungguli pasar.

Selain itu, Tan menerima opsi saham berbobot US$9,6 juta (Rp157 miliar) dan paket perekrutan senilai US$25 juta (Rp410 miliar).

Secara total, Tan menerima US$66 juta (Rp1 triliun) dalam corak saham dan agunan lainnya sebagai penghargaan ekuitas dan opsi jangka panjang, sebagai tambahan gaji, bonus, dan biaya legal. Hal ini dilaporkan CNBC International berasas arsip nan dimasukkan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

Jika Intel mengalami perubahan kendali, Tan dapat memenuhi syarat untuk percepatan vesting, menurut pengajuan tersebut.

"Kompensasi Lip-Bu Tan merefleksikan pengalaman dan kredibilitasnya sebagai pemimpin teknologi nan berbakat. Ia mempunyai pengalaman industri nan mendalam dan sangat kompetitif di pasar," kata Intel dalam pernyataannya.

"Sebagian besar kompensasinya berbasis ekuitas dan dikaitkan dengan pembuatan nilai pemegang saham jangka panjang," Intel menambahkan.

Secara terpisah, Tan sepakat untuk membeli saham Intel senilai US$25 juta (Rp410 miliar) dan memegang saham tersebut sebagai syarat untuk mendapatkan jaminan-jaminan dan bingkisan nan dijanjikan.

Diketahui, kejayaan Intel sebagai raja chip bumi kian tergusur. Raksasa asal Santa Clara tersebut berdarah-darah menghadapi persaingan dengan raksasa chip lain nan lebih dulu mengembangkan chip kepintaran buatan (AI) seperti Nvidia dan AMD.

Pada Desember 2024, majelis komisaris Intel memberhentikan Pat Gelsinger sebagai CEO lantaran dinilai kandas memulihkan keahlian raksasa chip komputer tersebut. Gelsinger hanya memperkuat 4 tahun di pucuk kepemimpinan Intel.

Profil CEO Baru Intel

Tan mempunyai beberapa kelebihan dalam memimpin Intel nan nyaris tenggelam. Hampir semua mantan dan calon pengguna Intel mengenalnya dan pernah berbisnis dengannya.

Para mantan dan calon pengguna Intel setidaknya pernah membeli salah satu produk dari banyak startup nan didukung Tan. Beberapa juga pernah menggunakan software dari perusahaan nan dikelola Tan.

Lebih lanjut, Tan mempunyai kedekatan dengan orang-orang berpengaruh di sektor chip AI, seperti Lisa Su dari AMD dan Jensen Huang dari Nvidia. Upaya Tan untuk membawa kembali kejayaan Intel juga agaknya bakal diawasi secara dekat oleh Presiden AS Donald Trump nan mau Intel bangkit.

"Tan dapat memanfaatkan pengalaman, khususnya koneksinya di industri, dalam menggenjot pertumbuhan di Intel," kata analis independen Jack Gold, dikutip dari Reuters.

"Semoga majelis komisaris memberikan kebebasan bagi Tan untuk membawa perubahan," dia menambahkan.

Tan nan berumur 65 tahun dikenal dengan strateginya nan tak biasa untuk menyulap perusahaan-perusahaan mini menjadi besar.

Ia lahir di Malaysia, besar di Singapura, dan sekarang sudah menjadi Warga Negara (WN) AS. Tan datang ke AS untuk mengenyam pendidikan nuklir di universitas kawakan MIT.

Selanjutnya, dia pindah ke California untuk melanjutkan sekolah upaya dan mendirikan firma modal ventura Walden International pada 1987. Tan percaya startup berskala mini dengan buahpikiran rancangan chip nan baik bakal sukses berkompetisi melawan raksasa chip.

Ia menggelontorkan banyak duit untuk mendanai ratusan startup. Beberapa contoh startup nan dia danai dan akhirnya berkembang pesat adalah Annapurna Labs. Saat ini Annapurna Labs telah diakuisisi Amazon dengan nilai US$370 juta.

Amazon mengatakan Annapurna sekarang menjadi 'jantung' pengembangan chip in-house perusahaan. Raksasa AS itu mengatakan sekarang sudah lebih banyak menggunakan chip buatan Annapurna daripada Intel.

Tan juga berinvestasi pada Nuvia nan telah dibeli Qualcomm senilai US$1,4 miliar pada 2021. Nuvia menjadi kekuatan baru Qualcomm untuk bersaing melawan Intel di pasar chip laptop dan PC.

Tan tetap aktif berasosiasi dengan startup-startup nan dia danai. Ke depan, bisa jadi startup-startup itu menjadi pesaing alias sasaran akuisisi Intel.

Sebagai contoh, awal pekan ini Tan menggelontorkan biaya ke startup Celestial AI nan juga dibekingi AMD nan merupakan salah satu rival Intel.

Dalam perannya sebagai penanammodal dan CEO, Tan dikenal sigap mendeteksi tren besar nan bakal mengubah industri chip dalam waktu 30 tahun.

Pada 2009-2021, Tan merupakan CEO Cadence Design Systems, ialah firma perancang software chip. Tan memfokuskan Cadence untuk menyuplai software dan berkolaborasi dekat dengan perusahaan kawakan seperti TSMC.

Dalam masa Tan memimpin Cadence, saham perusahaan naik 3.200%. Cadence juga sukses menjadikan Apple sebagai pengguna terbesarnya, ketika produsen iPhone itu mau beranjak dari penyuplai chip seperti Intel untuk mulai mengembangkan chip secara mandiri.

Tool Cadence menjadi pilihan utama bagi perusahaan chip kawakan seperti Broadcom, nan membantu Google, Amazon, dkk merancang chip AI buatan mereka sendiri dengan support TSMC.

"Ia [Tan] bekerja sangat baik dalam mengarahkan Cadence ke konsentrasi nan tepat," kata Karl Freund, analis di Cambrian AI Research.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bantu Petani, Syngenta Dukung Pembiayaan-Teknologi Benih Unggul

Next Article Amerika Takut China, Ajak Korea Kerja Sama Lawan Taiwan

Selengkapnya