Raja Ecommerce Diusir Dari Ri, Nasibnya Makin Memprihatinkan

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Aplikasi Temu dilarang beraksi di Indonesia. Pemerintah berkilah jasa e-commerce asal China tersebut mempunyai model upaya nan bisa membunuh UMKM lokal.

Pasalnya, Temu menjajakan peralatan langsung dari produsen awal ke konsumen akhir tanpa ada perantara. Hal ini membikin nilai barangnya sangat murah dan merusak nilai pasar.

PDD Holdings nan merupakan induk dari Temu rupanya juga makin kesulitan di kampung halamannya. Nasibnya makin memprihatinkan setelah sempat merajai jasa e-commerce dan melakukan ekspansi dunia besar-besaran.

Dalam laporan kuartal-I (Q1) 2025, PDD Holdings mengalami penurunan untung serta saham perusahaan.

Laba bersih kuartal pertama ambles mencapai 47% menjadi 14,74 miliar yuan (Rp 33,3 triliun). Penurunan ini lantaran platformnya mengalami ketatnya persaingan lokal, berbarengan dengan kudu mengalami ketidakpastian perdagangan secara global.

"Konsumsi domestik lebih lambat, persaingan semakin ketat dan ketegangan perdagangan dunia membebani pertumbuhan," jelas analis US Tiger Securities Bo Pei, dikutip dari Reuters, Sabtu (7/6/2025).

PDD memang kudu bersaing ketat di China berbareng raksasa lainnya ialah Alibaba dan JD.com. Hal ini membikin perang nilai untuk menarik konsumen berbelanja di platform masing-masing.

Sama seperti PDD, sayangnya nasib Alibaba juga tak begitu baik dengan pendapatan kuartalannya meleset dari perkiraan. Sementara JD.com mengalami kenaikan dengan support program tukar tambah.

Di pasar internasional, Temu menjadi korban dari perang jual beli AS dan China. Kemudian mengalami de-eskalasi selama 90 hari.

Keadaan ini membikin upaya Temu menjadi tidak pasti secara global. Chairman dan Co-CEO PDD Chen Lei juga mengakui keadaan ini terasa hingga ke para merchant platform.

"Perubahan radikal pada lingkungan kebijakan eksternal seperti tarif menciptakan tekanan signifikan untuk pedagang kami," ucapnya.

Belum lama ini, perang jual beli tersebut juga membikin penjualan merchant asal China di AS dihapus berdikari oleh Temu. Aplikasi hanya menampilkan peralatan nan hanya dijual di AS alias tanpa tambahan tarif baru nan diumumkan presiden Donald Trump bulan lalu.

Namun tak lama kemudian, Trump memberi kelonggaran dengan pemangkasan dari 120% menjadi 54% dalam kategori 'de minimis'. Pemotongan tersebut unik dengan tarif minimum US$100 (Rp 1,6 juta).

Sebagai info 'de minimis' adalah kategori untuk peralatan berukuran mini dengan nilai murah nan dikirim menggunakan jasa pos ke AS. Sebelum perang jual beli dua negara, produk nan masuk dalam kategori ini dibebaskan dari bea masuk jika harganya tidak lebih dari US$800 (Rp 13 juta).


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Investasi Kripto RI di Tengah Perang Dagang-Pajak Tinggi

Next Article Aplikasi China Pembunuh UMKM Ganti Jual Produk Asal AS, Ini Alasannya

Selengkapnya