ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat (AS) berakibat besar pada pengusaha kecil. Salah satunya adalah seorang pemilik upaya Guardian Baseball berjulukan Matt Kubancik nan menyebut pemerintah sekarang seperti 'rehat dari neraka'.
Kubancik dulunya merupakan pendukung partai Republik memilih Trump pada pemilu AS bulan November lalu. Harapannya, Republik bisa meningkatkan perekonomian dengan menurunkan nilai gas dan bahan makanan.
Namun, keinginannya tak jadi kenyataan. Setengah tahun pertama masa kedudukan kedua Trump diibaratkan seperti neraka.
Kebijakan tarif tinggi Trump sempat mengguncang dunia. Hingga saat ini, kebijakan tarif tersebut tetap berubah-ubah dan menyebabkan ketidakpastian bagi pengusaha kecil.
Tarif ekspor yang ditetapkan Trump mulanya menyasar banyak negara, lantas kemudian ditangguhkan. Tarif tinggi ke China bahkan pernah dipatok 145%.
Namun akhirnya AS dan China melakukan 'gencatan senjata' tarif pada kesepakatan di Jenewa tertanggal 12 Mei 2025. Tarif tinggi ditangguhkan hingga 90 hari dan nan bertindak saat ini adalah 30% untuk peralatan impor China nan masuk ke AS.
Guardian Baseball nan menjual perlengkapan bisbol sebagian besar berjuntai pada produsen Chinaterdampak keputusan tarif nan berubah-ubah. Guardian Baseball menjual produknya di platform e-commerce Amazon dan di toko bentuk seperti Walmart.
Bahkan dengan tarif 30% untuk peralatan dari China, biayanya jauh lebih tinggi daripada sebelum Trump menjabat. Beberapa upaya mini telah berakhir memesan lebih banyak inventaris alias menghentikan pengembangan produk baru sembari menunggu perkembangan situasi.
Beberapa lainnya terpaksa meningkatkan nilai lantaran mereka tidak bisa lagi menanggung biaya impor nan lebih tinggi.
Keadaan ini membikin Kubancik menyesali pilihannya. Bahkan menyebut AS tengah berada di jalan nan salah.
"Saya tidak merasa negara sedang menuju ke jalan nan benar," ucapnya, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (12/6/2025).
Kondisi setelah tiga bulan gencatan senjata juga belum jelas. Kedua negara kerap saling tuding satu sama lain telah melanggar perjanjian perdagangan awal.
Setelah Walmart memperingatkan bulan lampau bahwa mereka kudu meningkatkan harga, Trump memberi tahu raksasa ritel itu untuk menanggung beban tarif.
Kubancik mengatakan bahwa perusahaannya mendapat keberuntungan besar tahun lampau ketika menandatangani kesepakatan dengan Walmart untuk menempatkan produknya di 3.000 toko.
Sekarang dia menunda pesanan inventaris dari China dan mengambil pendekatan nan lebih konservatif untuk menghasilkan produk baru, lantaran perusahaan tidak bisa menanggung akibat tambahan.
"Rasanya seperti kami sempat sukses sebagai sebuah merek. Lalu sekarang rasanya seperti pesawat nan menukik tajam," dia memungkasi.
Optimisme Usai Trump dan Xi Jinping Kembali Rujuk
Kekhawatiran Kubancik dan pelaku upaya mini lainnya tak masuk dalam data survei nan memberikan prediksi positif atas kondisi terbaru usai AS dan China kembali duduk bareng di London pada pekan ini.
Menurut survei terhadap 270 pemimpin upaya nan dirilis pada hari Senin dari Chief Executive Group, kurang dari 30% CEO memperkirakan resesi ringan alias parah selama enam bulan ke depan.
Angka tersebut turun dari 46% nan mengatakan perihal nan sama pada bulan Mei dan 62% pada bulan April 2025.
Laporan per 3 bulan nan diterbitkan pada pekan ini dari National Federation of Independent Business menunjukkan bahwa optimisme sedikit meningkat pada bulan Mei dari bulan April 2025, meskipun "ketidakpastian tetap tinggi di antara pemilik upaya kecil," kata Kepala Ekonom NFIB Bill Dunkelberg dalam rilis tersebut.
Pejabat AS dan China pada Selasa (10/6) malam mengakhiri pembicaraan perdagangan selama dua hari di London. Berdasarkan perjanjian awal, AS bakal mengenakan tarif sebesar 55% pada barang-barang China, kata Trump dalam sebuah posting di Truth Social.
Perincian lengkap perjanjian tersebut belum dirilis. Trump mengatakan kesepakatan tersebut tetap menunggu persetujuan dari pemerintahannya dan Presiden China Xi Jinping.
"Presiden Xi dan saya bakal bekerja sama erat untuk membuka akses China bagi perdagangan Amerika," tulis Trump dalam sebuah posting. "Ini bakal menjadi KEMENANGAN besar bagi kedua negara!!!"
Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan kepada "Money Movers" CNBC International pada Rabu (11/6) bahwa tarif AS atas impor China tidak bakal berubah dari level saat ini, meskipun kesepakatan perdagangan antara Washington dan Beijing belum dirampungkan.
Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.
Serba Tidak Pasti
Seperti Kubancik, Alfred Mai mengatakan bisnisnya secara umum tetap dalam 'mode menunggu' dan memandang situasi selama sengketa jual beli tetap terus didiskusikan.
Mai, salah satu pendiri perusahaan permainan kartu ASM Games, mengatakan ia makin cemas dan kudu berstrategi dalam menetapkan pesanan inventaris berjumlah besar, sebelum keadaan lagi-lagi berubah.
Ia memberi tahu mitra manufakturnya untuk mempercepat produksi dan pengiriman dari China ke AS secepat mungkin.
"Saya tidak tahu seperti apa situasinya setelah jarak 90 hari, jadi saya lebih suka menerima pukulan telak sekarang daripada berpotensi tersingkir di masa mendatang oleh kenaikan tarif besar-besaran," kata Mai melalui email ke CNBC International
Pesanan tersebut dijadwalkan tiba tepat saat perjanjian jangka pendek antara AS dan China berakhir. Namun, jika tarif naik sebelum pengirimannya sampai di AS, Mai mengatakan dia mungkin tidak bisa bayar pajak nan diperlukan untuk mengambil alih kepemilikan inventaris nan disiapkan untuk musim luburan.
Dengan tarif terhadap China sebesar 30%, Mai mengatakan dia kemungkinan kudu meningkatkan nilai sebesar 10% hingga 20% dan berambisi konsumen bersedia membayar.
Petaka Tarif Kanada
Selain pungutan China, pemerintahan Trump mengenakan tarif 25% untuk barang-barang dari Kanada.
"Setiap kali saya mendengar bunyi ding dari Shopify, saya jadi cemas dari mana pesanan itu berasal," kata Tony Sagar, pemilik upaya Down Under Bedding nan berbasis di Toronto.
Perusahaan Sagar mendapatkan sebagian bantal dan selimut bulu angsa dari China dan mempertimbangkan untuk menghentikan sebagian barangnya nan bermargin rendah lantaran tidak bisa lagi bersaing dengan pesaing nan lebih murah.
"Pada dasarnya, kami telah menghentikan segala jenis impor alias perencanaan," kata Sagar dalam sebuah wawancara.
Bulan lalu, Sagar mengatakan bahwa dia terpaksa mengembalikan duit seorang pengguna nan membeli selimut seharga US$150, tetapi menolak bayar biaya bea masuk tambahan sebesar US$277.
Ia mengalami masalah nan sama pada pekan lalu, setelah seorang pembeli memesan selimut seharga US$595 nan disertai tagihan bea masuk nyaris US$1.200. Sagar mengatakan bahwa dia sekarang menghubungi setiap pengguna AS setelah mereka memesan untuk memastikan bahwa mereka bersedia bayar bea masuk tambahan.
Greg Shugar, nan mengelola beberapa upaya pakaian, mengatakan masalah dalam upaya merencanakan masa depan adalah bahwa keputusan kebijakan nan berubah-ubah hanya bertumpu pada ego Trump.
"Jika kita memahami motivasi sebenarnya di kembali pemerintahan, kita bakal tahu ke mana kudu pergi alias apa nan kudu dilakukan," kata Shugar.
Shugar mengatakan perubahan posisi Trump mengenai tarif telah membuatnya bingung apakah bakal memindahkan produksi dari China alias tidak.
Bulan lalu, dia berasosiasi dengan sekelompok pemilik upaya mini lainnya di sebuah aktivitas nan diselenggarakan oleh National Retail Federation, dengan rencana untuk menyampaikan kekhawatiran mereka ke Gedung Putih.
Kelompok tersebut berjumpa dengan perwakilan dari pemerintahan Trump selama sekitar 30 menit. Shugar mengatakan bahwa dia merasa lebih pesimistis tentang situasi tarif daripada sebelum dia masuk grup tersebut.
"Kami tidak bakal menanggung tarif 30% dan konsumen juga tidak [mungkin mau]," kata Shugar.
"Jadi sebenarnya tidak ada pemenang, nan ada hanya pecundang dengan tarif ini," dia menambahkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Trump Diduga Gunakan AI Lancarkan Perang Tarif Dagang