Petaka Baru Mengintai, Trump Tower Terancam Tenggelam

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Fenomena mengkhawatirkan terjadi di wilayah Miami, Amerika Serikat. Penyebabnya adalah pembangunan besar-besaran di area pesisir pantai sejak 2016 nan memicu penurunan permukaan tanah.

Sebanyak 35 gedung pencakar langit, termasuk Trump Tower III, terdeteksi tenggelam sampai 8 cm ke dalam tanah, dikutip dari Earth, Sabtu (1/2/2024).

Studi terbaru nan diterbitkan di jurnal Earth and Space Science menunjukkan tingkat penurunan permukaan tanah di wilayah Miami dalam periode 2016-2023.

Para peneliti di University of Houston mengidentifikasi bahwa pembangunan wilayah pesisir Miami telah memberikan tekanan besar pada lahan rentan di bawah truktur tersebut.

Risiko ketidakstabilan tanah nan signifikan digadang-gadang bakal membawa petaka bagi keamanan gedung pencakar langit di Miami, terutama gedung baru.

"Sekitar separuh dari struktur nan mengalami penurunan permukaan tanah berumur lebih muda dari tahun 2014, dan penurunan permukaan tanah bakal berkurang seiring berjalannya waktu. Korelasi ini menunjukkan bahwa penurunan permukaan tanah berangkaian dengan aktivitas konstruksi," kata laporan tersebut.

Temuan ini menunjukkan bahwa beban dan getaran dari pembangunan skala besar menekan pengetahuan bumi berpori dan berpasir di wilayah Miami, sehingga menyebabkan gedung tenggelam secara bertahap.

Kota-kota pesisir seperti Miami mempunyai struktur tanah nan terdiri dari sedimen lepas, batu kapur, dan pasir. Bahan-bahan ini dapat memadat lantaran beban gedung nan berat, sehingga menyebabkan perubahan permukaan tanah seiring berjalannya waktu.

Prosesnya tidak seragam di semua struktur. Dalam beberapa kasus, penurunan permukaan tanah dimulai segera setelah konstruksi, tetapi melambat seiring dengan penurunan tanah.

Di negara lain, proses tenggelam terus bersambung pada tingkat nan stabil, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai stabilitas jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa ketika daratan mengalami kompresi melampaui periode pemisah tertentu, proses pembalikan nyaris mustahil dilakukan.

Permasalahan nan berjalan pelan tapi pasti inimenimbulkan kekhawatiran mengenai keahlian Miami memelihara prasarana nan kondusif dalam menghadapi penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut.

Tim peneliti di University of Houston berupaya memvalidasi temuan ini dengan menggunakan teknologi mutakhir nan bisa mendeteksi perubahan mini di permukaan bumi.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Houston nan dipimpin oleh Profesor Pietro Milillo.

Tim tersebut menggunakan InSAR, alias Interferometric Synthetic Aperture Radar, metode penginderaan jauh berbasis satelit nan bisa mendeteksi perubahan permukaan sekecil ketebalan kartu kredit.

InSAR bekerja dengan membandingkan sinyal radar dari dua gambar area nan sama nan diambil pada waktu berbeda. Bahkan, deformasi terkecil pada permukaan Bumi pun dapat terlihat dengan menggunakan teknik ini.

"Kami menghubungkan tenggelamnya tanah terutama dengan beban dan getaran dari bangunan gedung bertingkat," kata Milillo.

"Fenomena nan digambarkan sebagai deformasi mulur, terjadi ketika lapisan pasir nan berselingan dengan pengetahuan bumi batu kapur berpori di Miami terkompresi di bawah tekanan, sehingga berpotensi mengganggu stabilitas struktural," dia menjelaskan.

"Pekerjaan kami mengkonfirmasi pola penurunan permukaan tanah secara spasial dan temporal dalam penelitian ini. Kami menunjukkan gimana tekanan nan disebabkan oleh bangunan melampaui tapak bangunan, sehingga menimbulkan akibat terhadap area sekitar 320 meter jauhnya," dia melanjutkan.

Studi ini merupakan upaya kolaboratif nan melibatkan beberapa lembaga terkemuka, termasuk University of Houston, University of Miami, German Aerospace Center, Jet Propulsion Laboratory NASA, dan University of Hannover.

Kontributor utama penelitian ini adalah Amin Tavakkoliestahbanati, seorang mahasiswa pascasarjana nan bekerja di bawah pengarahan Milillo.

35 Bangunan Tenggelam di Miami

Studi ini berfokus pada gedung nan terletak di beberapa wilayah pesisir paling padat di Miami, termasuk Pantai Sunny Isles, Pelabuhan Bal, dan Surfside.

Para peneliti menemukan 35 gedung di lokasi-lokasi ini mengalami penurunan permukaan tanah nan terukur, dan banyak gedung baru terkena akibat paling besar.

Data tersebut juga mengungkapkan akibat penurunan permukaan tanah bisa meluas. Pasalnya, tekanan dari struktur-struktur ini beranjak ke tanah di sekitarnya, sehingga berakibat pada area nan jauh di luar letak bangunan awal.

Pantai Sunny Isles menunjukkan beberapa pola nan paling memprihatinkan. Sekitar 70% gedung-gedung tinggi nan baru dibangun di wilayah tersebut menunjukkan penurunan tanah nan masif dan terukur.

Selama ini, pulau-pulau di Miami sudah rentan terhadap kenaikan permukaan laut, erosi pantai, dan cuaca ekstrem. Penemuan baru soal penurunan permukaan tanah menambah kompleksitas tantangan nan dihadapi oleh para perencana kota, engineer, dan kreator kebijakan.

Seiring dengan pertumbuhan kota, makin krusial untuk memasukkan info pengetahuan bumi dan perangkat penginderaan jauh seperti InSAR ke dalam perencanaan kota.

Teknologi ini dapat membantu mengidentifikasi area nan berisiko apalagi sebelum bangunan dimulai, sehingga berpotensi mencegah kegagalan struktural di masa depan.

Mengabaikan akibat nan penurunan muka tanah dapat mengakibatkan akibat nan parah. Dalam beberapa kasus, tenggelamnya tanah dalam waktu lama dapat menimbulkan retakan pada fondasi bangunan, melemahkan struktur pendukung, dan apalagi menyebabkan keruntuhan.

Untuk kota seperti Miami nan mempunyai permintaan tinggi terhadap kediaman masyarakat, masalah ini kudu menjadi prioritas untuk segera ditangani dengan serius.

Lantas, gimana agar skenario terburuk tidak terjadi?

Salah satu pendekatan nan bisa dilakukan adalah menerapkan peraturan gedung nan lebih ketat nan mengharuskan developer melakukan penilaian geoteknik secara perinci sebelum bangunan dimulai.

Kemungkinan lainnya adalah dengan mengintegrasikan program pemantauan jangka panjang nan melacak pola penurunan permukaan tanah dari waktu ke waktu, sehingga pihak berkuasa dapat melakukan intervensi sebelum persoalan struktural menjadi kritis.

"Ini merupakan seruan bagi para engineer, perencana kota, dan kreator kebijakan untuk bekerja sama dalam menciptakan kota nan berkelanjutan," kata Millo.

Dengan memanfaatkan kemajuan pengetahuan pengetahuan dan mendorong praktik bangunan nan bertanggung jawab, kota-kota seperti Miami dapat terus berkembang sembari memastikan keamanan dan stabilitas lanskap perkotaannya.

Temuan penelitian ini menjadi pengingat krusial bahwa apa nan terjadi di bawah permukaan dapat mempunyai implikasi besar bagi masa depan pembangunan wilayah pesisir.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: "Terancam" Starlink Elon Musk, Bisnis Satelit Lokal Bisa Lawan?

Next Article Matahari Menuju Terbit dari Barat Tanda Kiamat, NASA Buka Suara

Selengkapnya