ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Pergerakan nilai Bitcoin tengah menjadi perhatian. Bagaimana tidak, nilai mata uang digital jagoan tersebut diprediksi tetap bakal mengalami fluktuasi.
Manajer hedge fund Mark Yusko memperkirakan Bitcoin bakal meningkat dua kali lipat menjadi US$ 150,000 alias sekitar Rp 2,5 miliar pada tahun ini.
"Mulai dari nol," CEO dan kepala investasi Morgan Creek Capital Management mengatakan kepada "Fast Money" CNBC beberapa waktu lalu.
Yusko beranggapan penanammodal kudu mempunyai setidaknya 1% hingga 3% Bitcoin dalam portofolio mereka.
"Bitcoin adalah rajanya. Ini adalah token nan dominan. Ini adalah corak emas nan lebih baik," katanya.
Pada penutupan pasar hari Kamis, Bitcoin naik sekitar 159% selama setahun terakhir. Harga telah melampaui level US$ 73,000 pada awal bulan Maret, namun diperdagangkan sekitar US$ 70,700 pada Kamis malam.
"Saya pikir perihal ini bisa meningkat 10x lipat dengan mudah dalam dasawarsa berikutnya," tambah Yusko.
Dia mencantumkan biaya nan diperdagangkan di bursa Bitcoin, nan diluncurkan pada bulan Januari, sebagai pendorong bullish utama untuk mata duit mata uang digital tersebut. Yusko memperkirakan halving Bitcoin bakal menyebabkan guncangan pasokan nan mengakibatkan putaran penarik besar lainnya untuk mata uang digital jagoan tersebut.
Halving, nan memotong separuh hadiah penambangan Bitcoin untuk membatasi pasokan, diperkirakan terjadi pada akhir April.
"Pergerakan besar terjadi pasca halving," kata Yusko.
Dia menambahkan secara historis, sekitar sembilan bulan setelah halving alias menjelang akhir tahun, nilai Bitcoin bakal mencapai puncak sebelum menuju lompatan selanjutnya.
Sementara itu, analis JPMorgan, lembaga finansial terkemuka AS, menyatakan Bitcoin (BTC) tetap mempunyai ruang untuk penurunan nilai lebih lanjut.
Karena nilai Bitcoin terus menghadapi tekanan ke bawah, analis di JPMorgan percaya bahwa tindakan ambil untung kemungkinan bakal bersambung dalam beberapa minggu mendatang. Prediksi ini muncul ketika pasar mata duit mata uang digital bersiap menghadapi peristiwa halving Bitcoin nan sangat dinanti-nantikan, nan dijadwalkan terjadi pada bulan April.
Dalam kajian terbaru, JPMorgan memperkirakan bahwa nilai Bitcoin berpotensi turun menjadi sekitar US$42,000 (Rp 708 juta) setelah peristiwa halving nan bakal datang pada bulan April. Prediksi ini didasarkan pada penilaian bank terhadap biaya produksi Bitcoin, nan juga dikenal sebagai biaya penambangan.
Analis JP Morgan mengawasi bahwa secara historis, biaya produksi Bitcoin berfaedah sebagai batas nilai nan lebih rendah. Dengan kata lain, nilai Bitcoin condong tetap berada di atas biaya nan dikeluarkan para penambang untuk memproduksi koin baru.
Hal itu disebabkan oleh kebenaran bahwa penambang tidak mungkin menjual kepemilikan Bitcoin mereka di bawah biaya produksi, lantaran perihal itu bakal mengakibatkan kerugian finansial.
Menantikan halving nan bakal datang, analis JPMorgan memperkirakan bahwa pengurangan hadiah penambangan bakal secara efektif menurunkan biaya produksi Bitcoin menjadi sekitar US$42,000. Proyeksi ini menunjukkan bahwa nilai Bitcoin berpotensi turun ke level ini, lantaran ini mewakili pemisah bawah baru berasas biaya penambangan.
Data terkini dari MacroMicro menunjukkan bahwa biaya produksi Bitcoin saat ini sedikit di bawah US$50,000. Hal ini menyiratkan bahwa peristiwa halving dapat menyebabkan penurunan biaya produksi secara signifikan, nan pada gilirannya dapat memberikan tekanan pada nilai Bitcoin.
(lih/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus Inovasi Teknologi Dalam Kompetisi Bisnis Pembalut Wanita
Next Article Pasar Kripto Tengah Bullish, Kapan Waktu nan Tepat Untuk Beli?