Perdana, 7-eleven Tunjuk Ceo Bukan Warga Negara Jepang

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Seven & I Holdings, induk upaya dari jaringan ritel 7-eleven berencana menunjuk personil majelis Stephen Dacus sebagai CEO menggantikan Ryuichi Isaka. Perubahan ini dipandang sebagai upaya baru untuk mencegah akuisisi perusahaan minimarket tersebut.

Sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Berita Nikkei tanpa sumber nan disebutkan, Dacus telah bekerja selama beberapa dasawarsa di industri ritel Jepang dan saat ini memimpin komite unik nan mengevaluasi proposal akuisisi dari Alimentation Couche-Tard asal Kanada. Ia bakal menjadi CEO asing pertama di perusahaan nan mengoperasikan jaringan toko serba ada 7-Eleven itu.

Dalam pernyataan resmi, Seven & I menyatakan bahwa belum ada keputusan mengenai pergantian CEO. "Meskipun beberapa media telah melaporkan perubahan struktur manajemen kami, perihal ini tidak diumumkan oleh perusahaan," demikian pernyataan nan dirilis pada Senin.

Pergantian kepemimpinan di Seven & I terjadi pada saat krusial bagi perusahaan. Rencana family pendiri, Ito, untuk menjadikan perusahaan privat guna menghindari akuisisi oleh Couche-Tard kandas pekan lalu, sehingga meningkatkan tekanan untuk mempertimbangkan tawaran akuisisi senilai nyaris US$47 miliar dari perusahaan Kanada itu.

Dacus berasosiasi sebagai personil majelis eksternal Seven & I pada 2022 setelah adanya tekanan dari penanammodal aktivis ValueAct Capital Management agar perusahaan lebih konsentrasi pada upaya toko serba ada. Sebelumnya, dia menjabat sebagai wakil presiden senior produsen busana Jepang Fast Retailing dan kepala Walmart Jepang, nan sekarang dikenal sebagai Seiyu Holdings.

Pengangkatan Dacus menunjukkan bahwa Seven & I mau tetap independen dan berambisi dia dapat menyusun strategi untuk meningkatkan laba, termasuk menimbang faedah dari tawaran akuisisi Couche-Tard. Lorraine Tan, analis ekuitas di Morningstar Asia, mengatakan bahwa perubahan ini mempunyai akibat eksekusi tetapi langkah pertama nan diperlukan adalah mempunyai rencana nan masuk akal.

Saham Seven & I sempat naik hingga 4,6% setelah laporan mengenai perubahan manajemen ini muncul, sebelum kembali terkoreksi. Sebelumnya, saham perusahaan ambruk 12% pada Kamis lampau setelah rencana pembelian kembali oleh family Ito dan Itochu senilai ¥9 triliun kandas terwujud.

Isaka mulai menjabat sebagai CEO pada 2016 dengan support penanammodal aktivis Daniel Loeb, pendiri Third Point, setelah memenangkan perebutan kekuasaan di majelis direksi. Selama sembilan tahun kepemimpinannya, pemilik jaringan 7-Eleven itu mengandalkan ekspansi luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat, untuk mengatasi kejenuhan pasar domestik.

Pada 2020, Isaka mengakuisisi upaya stasiun pengisian bahan bakar Speedway milik Marathon Petroleum senilai US$21 miliar dan juga membeli jaringan toko Sunoco di AS seharga US$3,3 miliar. Menghadapi tekanan dari ValueAct, dia juga melepas aset non-inti agar perusahaan lebih konsentrasi pada upaya toko serba ada.

Meskipun terkenal dengan jaringan 7-Eleven, Seven & I mempunyai upaya nan lebih luas, termasuk supermarket Ito-Yokado, pusat perbelanjaan, restoran Denny's Japan, toko perabot rumah Loft, dan Tower Records. Pada 2022, perusahaan merombak majelis dewan dengan menambah lebih banyak kepala independen, termasuk Dacus, sehingga kebanyakan majelis sekarang berasal dari luar perusahaan.

Oktober lalu, Seven & I mengumumkan rencana untuk konsentrasi pada upaya toko serba ada dan memisahkan unit supermarketnya. Isaka berupaya meyakinkan penanammodal bahwa perusahaan dapat meningkatkan valuasi tanpa perlu diakuisisi, tetapi valuasi perusahaan nan sekitar ¥5,6 triliun tetap jauh di bawah tawaran Couche-Tard.

Pada bulan nan sama, Seven & I menyatakan mau berekspansi ke 10 negara baru dan melipatgandakan pendapatan menjadi ¥30 triliun pada 2030 dengan konsentrasi pada upaya toko serba ada. "Sepertinya langkah terbaik untuk meningkatkan nilai perusahaan di Jepang adalah melalui akuisisi," kata Andrew Jackson, kepala strategi ekuitas Jepang di Ortus Advisors. "Namun, tampaknya arah nan diambil justru sebaliknya."


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Babak Belur Efek Trumpcession

Selengkapnya