Perang Tarif Mereda, Harga Minyak Menanjak

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah bumi menguat pada perdagangan Kamis (17/4/2025), didorong oleh optimisme pasar atas pemulihan permintaan dari China dan Amerika Serikat, serta info persediaan minyak AS nan menunjukkan peningkatan tipis.

Mengacu info Refinitiv, nilai Brent perjanjian Juni ditutup di US$66,32 per barel alias naik 0,71% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) juga naik 0,94% ke level US$63,06 per barel.

Penguatan ini membalikkan pelemahan dua hari sebelumnya, dengan Brent sempat menyentuh level terendah US$63,79 pada awal pekan. Secara mingguan, Brent tetap mencatatkan penguatan tipis 2,4% dalam tiga hari terakhir.

Sentimen positif datang dari lonjakan impor minyak mentah China nan naik nyaris 5% secara tahunan pada Maret, mencapai 12,1 juta barel per hari. Ini menjadi level tertinggi sejak Agustus 2023, dipicu oleh peningkatan pasokan dari Iran dan Rusia.

Dari sisi AS, info mingguan Energy Information Administration (EIA) menunjukkan persediaan minyak komersial naik 515.000 barel menjadi 442,9 juta barel. Meski meningkat, level ini tetap sekitar 6% lebih rendah dari rata-rata lima tahunan.

Produksi domestik juga sedikit naik ke 13,462 juta barel per hari, sementara tingkat operasional kilang berada di 86,3%. Aktivitas pengeboran melambat, tercermin dari penurunan jumlah rig minyak AS sebanyak 9 rig menjadi 480, berasas info Baker Hughes.

OPEC dalam laporan bulanannya memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk 2025 menjadi 1,3 juta barel per hari, turun dari perkiraan sebelumnya 1,45 juta.

OPEC+ juga melaporkan kelebihan produksi oleh delapan anggotanya-termasuk Arab Saudi, Rusia, dan Irak-mencapai 4,57 juta barel per hari, nan kudu dikompensasi penuh sebelum pertengahan 2026. Irak apalagi telah berkomitmen memangkas produksi 70.000 barel per hari untuk mematuhi kuota.

International Energy Agency (IEA) juga memangkas perkiraan pasokan dunia untuk 2025 menjadi hanya tumbuh 1,2 juta barel per hari, turun 260.000 dari proyeksi sebelumnya. Pasokan AS dinilai berisiko lantaran nilai saat ini belum cukup menarik untuk mendorong pengeboran baru.

Goldman Sachs pun menyesuaikan turun proyeksi nilai rata-rata 2025, dengan WTI diperkirakan di US$59 per barel dan Brent di US$63 per barel. Bank investasi ini juga mengurangi proyeksi permintaan dunia kuartal IV-2026 sebesar 900.000 barel per hari.

CNBC Indonesia 


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak

Next Article Harga Minyak Mentah Naik, Terdampak Kebijakan Tarif Baru Trump

Selengkapnya