ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bakal mengumumkan tarif baru nan rencananya dikenakan kepada semua negara. Rencananya, pada Rabu, 2 April 2025 Trump bakal mengumumkan pungutan timbal kembali lantaran praktik jual beli nan dianggap tidak setara oleh pemerintahannya. Hal ini berpotensi pada kian meroketnya nilai emas.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa dengan adanya kebijakan-kebijakan dari Trump nan membikin Dolar AS menguat, maka berakibat pada nilai emas nan terus melambung tinggi.
"Kemarin saya prediksi di Maret itu tembus di level US$ 3.100 (per troy ons) antara Jumat dan Senin tanggal 31 Maret. Rupanya, tembus di level US$ 3.200 (per troy ons). Lebih tinggi dari prediksi saya. Karena prediksi saya di semester pertama 2025 itu di nomor US$ 3.150 (per troy) ons," kata Ibrahim kepada detikaicom, Selasa (1/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut dia bilang, meroketnya nilai emas juga dipicu adanya perang dagang. Sebagai contoh, kebijakan perang jual beli nan bakal bertindak per 2 April 2025 terhadap negara-negara nan surplus neraca perdagangannya.
"Neraca perdagangan bukan saja kelak berfaedah Tiongkok, Eropa, Kanada dan Meksiko. Bisa saja Indonesia masuk, lantaran sampai saat ini Indonesia pun juga tetap surplus neraca perdagangannya dengan Amerika," katanya melanjutkan.
Hal kedua, terbangnya nilai emas juga dipicu kondisi geopolitik di Timur Tengah. Saat hari pertama Idulfitri, masyarakat nan ada di Jalur Gaza mengalami kejadian pengeboman di wilayah tersebut.
"Kemudian, nan menarik nan terakhir adalah Trump menakut-nakuti bakal mengebom Iran, jika tidak ada kerja sama untuk masalah reaktor nuklirnya. Artinya, sudah jelas bahwa pemerintahan Trump itu diktator," dia mengelaborasi.
"Ini nan membikin nilai emas kemungkinan besar bakal mencetak rekor baru. Kemungkinan besar, nomor US$ 3.150 (per troy ons) di bulan April ini kemungkinan tercapai. Kalau tidak di minggu ini, ya di minggu depan. Semua ekspektasi kandas total semua. Melebihi ekspektasi, lantaran gonjang-ganjing perang jual beli ini cukup luar biasa," katanya.
Tidak hanya itu, Ibrahim bilang, kebijakan Trump ini juga berpotensi melemahkan rupiah. Ia cemas rupiah bakal longsor ke nomor Rp 17 ribu per US$ 1.
"Ada ketakutan saya, rupiah ini bakal mendekati Rp 17 ribu (per US$ 1). Karena kita tahu bahwa pasar pun juga tetap libur sampai tanggal 7 April. Bank Indonesia pun juga tidak melakukan intervensi di pasar. Ini kemungkinan besar Rupiah pun juga bakal melemah," kata Ibrahim
"Dari kebijakan ini, pasti nan bakal terasa kelak adalah barang-barang impor. Karena batu bara, nikel, CPO (crude palm oil) ini pun juga masuk di Amerika. Artinya, pada saat kelak mereka masuk dan kena biaya impor, anggaplah 25% harganya bakal dinaikkan. Berarti, pemerintah Indonesia kudu mencari pasar baru," ungkapnya.
Masih belum ada kejelasan apakah Indonesia bakal dikenakan tarif impor juga oleh AS. Namun dia menilai, pemerintah perlu melakukan persiapan dalam menghadapi kebijakan perang jual beli besutan Trump ini.
"Kita belum tahu kelak pernyataan (Trump) besok, apakah Indonesia bakal kena juga terhadap perang jual beli ini? Kita tahu sendiri, bahwa saat ini Indonesia pun juga sedang mengalami persoalan ekonomi. Bukan hanya Indonesia, nyaris semua negara. Apalagi kelak seandainya Indonesia masuk dalam kancah negara-negara nan surplus, ini pun juga kudu siap-siap pemerintah melakukan tanggapan secepatnya," ungkapnya.
Ibrahim menilai, neraca perdagangan Indonesia dengan AS juga bisa terganggu. Meski, tidak menutup kemungkinan Indonesia juga bisa melirik potensi untung dari kebijakan AS ini.
"Masalah perang jual beli di 2 April itu, saya sebagai seorang pengamat sudah empis-empisan bahwa ini bakal terjadi seperti ini. Apalagi, defisit fiskal nan kemungkinan besar bakal melebar," tutupnya.
(eds/eds)