ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Pada November 2023 lalu, sekelompok peneliti asal Indonesia menelurkan penelitian berjudul Geo-archaeological prospecting of Gunung Padang buried prehistoric pyramid in West Java, Indonesia di jurnal Archaeological Prospection.
Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, bukan merupakan susunan pengetahuan bumi Bumi, melainkan buatan tangan manusia.
Penelitian itu ditulis oleh Danny Hilman Natawidjaja, Andang Bachtiar, Bagus Endar B. Nurhandoko, Ali Akbar, Pon Purajatnika, Mudrik R. Daryono, Dadan D. Wardhana, Andri S. Subandriyo, Andi Krisyunianto, Tagyuddin, Budianto Ontowiryo, dan Yusuf Maulana.
Mereka menilai struktur Gunung Padang diukir dengan teliti pada periode antara 25.000 hingga 14.000 tahun lalu. Hal ini berfaedah Gunung Padang merupakan piramida tertua di dunia.
Namun, jurnal Archaelogical Prospection kemudian mencabut tulisan penelitian tersebut. Alasannya, penelitian tersebut dikhawatirkan mempunyai banyak kekeliruan.
"Penerbit dan penyunting telah menyelidiki kekhawatiran ini dan menyimpulkan penelitian tersebut mempunyai eror nan besar," kata jurnal tersebut dalam pemberitahuan pencaputan penelitian, dikutip dari IFL Science, Jumat (17/1/2025).
Archaelogical Prospection mengatakan kekeliruan itu tidak teridentifikasi selama proses peer review. Adapun nan dinilai keliru adalah penanggalan radiokarbon nan diterapkan pada sampel tanah nan tidak mengenai dengan artefak alias fitur apa pun nan dapat ditafsirkan sebagai antropogenik alias 'buatan manusia'.
"Oleh lantaran itu, penafsiran bahwa situs tersebut adalah piramida antik nan dibangun 9.000 tahun lampau alias lebih adalah tidak benar, dan tulisan tersebut kudu ditarik kembali," tertera dalam keterangan Archaelogical Prospection dalam pengumuman pencabutan tulisan penelitian tersebut.
Peneliti Barat Buka Suara
Sejak dirilis ke publik, penelitian soal Gunung Padang menjadi sorotan beragam pihak. Tak sedikit nan skeptis dengan keabsahannya.
Salah satu nan skeptis adalah arkeolog asal Cardiff University, Flint Dibble. Ia mengatakan penelitian tersebut menggunakan info valid, tetapi kesimpulannya tak tepat.
Misalnya, kata dia, tim peneliti menggunakan penanggalan karbon dan menyatakan "penanggalan tanah organik dari struktur menemukan beberapa tahap bangunan sejak ribuan tahun SM, dengan fase awal berasal dari era Palaeolitik".
Menurut mereka, sampel tanah dari sekitar bagian gundukan nan mereka anggap sebagai bagian tertua dari "konstruksi" tersebut berasal dari 27.000 tahun nan lalu.
Meskipun perihal ini mungkin benar, para arkeolog lebih lanjut menunjukkan kepada Nature bahwa sampel tanah ini tidak menunjukkan tanda-tanda nan mengindikasikan aktivitas manusia.
Intinya, tanpa adanya tanda-tanda aktivitas manusia nan lebih meyakinkan di sekitarnya, bukti nan ada hanyalah tanah nan sangat tua.
Menanggapi perihal ini, tim peneliti nan menyusun laporan itu menyebutnya tak adil. Mereka dengan tegas mengatakan Gunung Padang adalah struktur buatan manusia alias fitur arkeologi, bukan susunan pengetahuan bumi Bumi.
"Lapisan ini disertai dengan banyak artefak mini nan dapat dibawa-bawa, memberikan bukti nyata asal usul antropogeniknya," kata tim peneliti melalui unggahan di Facebook.
Penjelasan sementara mengenai artefak tersebut adalah strukturnya terbentuk dari susunan geologis. Tentunya, perihal ini bisa terbukti salah jika ada bukti nan lebih kuat.
"Ketika banyak material menggelinding ke bawah menuruni bukit, rata-rata bakal menyesuaikan diri dan bentuk," kata Dibble.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: