ARTICLE AD BOX
Jakarta -
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) membukukan kenaikan pendapatan sepanjang semester I-2025. Namun, berasas laporan keuangan, perseroan tetap mencatat rugi bersih nan membengkak dalam periode tersebut.
KRAS mencatat pendapatan sebesar US$ 460,83 juta alias setara Rp 7,53 triliun (kurs Rp 16.359) berasas laporan finansial kuartal II-2025. Angka tersebut naik dibandingkan periode nan sama di tahun sebelumnya, ialah sebesar US$ 444.67 juta.
Sejalan dengan perihal tersebut, KRAS mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan menjadi US$ 426,86 juta alias sekitar Rp 6,98 triliun. Angka tersebut membengkak jika dibandingkan periode nan sama di tahun sebelumnya ialah sebesar US$ 396,44 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan begitu, emiten pelat merah itu membukukan penyusutan untung bruto menjadi US$ 33,97 juta alias sekitar Rp 551,3 miliar, dengan margin untung kotor sebesar 7,37%. Pada periode nan sama di tahun sebelumnya, untung bruto perseroan tercatat sebesar US$ 48,23 juta.
KRAS juga membukukan rugi bersih periode melangkah sebesar US$ 105,38 juta alias sekitar Rp 1,72 triliun. Angka tersebut naik jika dibandingkan periode nan sama di tahun sebelumnya, ialah sebesar US$ 60 juta. Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, menyebut capaian ini menunjukkan perbaikan efisiensi mengingat adanya penurunan beban usaha.
"Kinerja operasional Krakatau Steel menunjukkan perbaikan efisiensi, tercermin dari penurunan beban upaya sebesar 16% menjadi US$ 47,6 juta alias Rp 772,8 miliar dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan komitmen Krakatau Steel dalam memperbaiki struktur biaya dan meningkatkan produktivitas," jelas Akbar dalam keterangannya, dikutip dari keterbukaan info BEI, Sabtu (26/7/2025).
Akbar juga menyampaikan, meskipun tetap menghadapi tantangan dari sisi non-operasional, beban finansial dan hasil investasi pada entitas asosiasi, Krakatau Steel terus menempuh langkah-langkah strategis untuk memperkuat esensial keuangannya dan tetap menjaga stabilitas aset nan meningkat tipis sebesar 0,61% menjadi US$ 2,91 miliar alias Rp 47,27 triliun per 30 Juni 2025.
"Memasuki fase baru operasional, Krakatau Steel telah mengaktifkan akomodasi produksi Hot Strip Mill 1 (HSM#1) di awal 2025. Fasilitas ini menjadi bagian krusial dalam strategi transformasi dan pemulihan bisnis. Sejalan dengan itu, Perseroan juga terus memantapkan integrasi di segmen baja maupun non-baja sebagai langkah diversifikasi dan penguatan daya saing," tambah Akbar.
Akbar menambahkan, Krakatau Steel tetap optimis terhadap prospek perbaikan keahlian di paruh kedua tahun ini. Ia juga menyebut, perseroan bakal konsentrasi meningkatkan keahlian nan lebih efisien.
"Kami konsentrasi menjalankan strategi peningkatan kapasitas, efisiensi, serta kerjasama dengan mitra strategis agar Krakatau Steel dapat memberikan keahlian nan lebih baik secara berkelanjutan," tutupnya.
(ara/ara)