Pembantu Beli Saham Pakai Uang Tabungan Gaji, Hasilnya Tak Disangka

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Investasi bisa menjadi langkah mengelola duit nan menghasilkan keuntungan. Syaratnya, kudu pandai dalam mengalokasikan duit melalui instrumen investasi nan tepat.

Salah satu langkah berinvestasi adalah lewat saham. Siapa saja bisa bermain saham tanpa pandang bulu. 

Seorang Asisten Rumah Tangga (ART) juga bisa ikut berinvestasi di saham. Hal ini pernah terjadi pada Agustus 1602 silam. Kala itu, Kongsi Dagang Hindia Belanda memutuskan untuk menjual saham kepada publik.

Hal ini menjadi titik awal dari penawaran umum perdana alias Initial Public Offering (IPO). Tak susah bagi perusahaan sekelas VOC menjaring investor. Sebagai perusahaan nan menjual komoditas paling dicari di Eropa namalain rempah-rempah, banyak orang memprediksi VOC bakal sangat berhasil dan memberi untung besar.

Atas dasar inilah, ketika mengeluarkan keputusan untuk IPO, orang-orang ramai datang ke Bursa Efek Amsterdam. Terlebih, VOC juga menjadi perusahaan pertama di bumi nan melakukan IPO.

"Secara keseluruhan, ada 1.143 penanammodal nan berinvestasi untuk modal awal VOC di Amsterdam," tulis Lodewijk Petram dalam The World's First Stock Exchange (2011).

Dalam aturan, setiap penanammodal berkuasa memutuskan berapa banyak duit nan diinvestasikan. Tak ada pemisah minimum alias maksimum. Begitu pula soal asal-usul investor. Siapapun boleh meletakkan uangnya di VOC.

Alhasil, tak hanya pejabat, bangsawan, dan orang berharta| saja nan menjadi investor. Asisten Rumah Tangga (ART) berjulukan Neeltgen Cornelis juga melakukannya.

Ketertarikan Neeltgen berinvestasi di VOC berasal dari majikannya, Dirck van Os nan kebetulan Direktur VOC. Pada masa-masa IPO banyak orang keluar-masuk ke rumah van Os untuk urusan investasi.

Saat itu, perdagangan bursa pengaruh tak seperti sekarang. Semuanya serba manual dan dicatat menggunakan kertas. Jadi, wajar andaikan rumah Dirck van Os ramai para investor. Di tengah keramaian itulah, terpantik rasa penasaran Neeltgen.

Dari hati paling dalam dia sebenarnya mau berinvestasi di VOC. Dia percaya VOC bakal memberi untung besar. Namun, di sisi lain, dia juga bingung: uangnya dari mana?

Sebagai pembantu, gajinya kurang dari lima puluh sen dalam sehari. Uang segitu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alhasil, dia maju-mundur untuk berinvestasi dari hari ke hari.

Hingga akhirnya, di penghujung Agustus saat penawaran perdana saham bakal VOC ditutup, dia berubah pikiran.

"Dia berpikir bakal selalu menyesal andaikan dia tidak berinvestasi sekarang. Alhasil dia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan duit tabungannya," tulis Petram.

Dari duit tabungan hasil kerja kerasnya jadi ART disisihkan 100 gulden untuk membeli saham VOC. Dia pun menyerahkan duit tersebut kepada majikannya.

Nama Neeltgen Cornelis pun tercatat sebagai pemegang daftar saham VOC, meski sangat mini dibanding nan lainnya. Saat itu, bos-bos VOC meletakkan duit dalam jumlah besar. Ada nan 85.000 gulden, 65.000 hingga 45.000 gulden.

Lalu, apakah Neeltgen untung dari pembelian saham VOC?

Menurut Petram, iya tapi hanya sesaat lantaran Neeltgen melepas kepemilikan saham VOC pada Oktober 1603 alias setahun setelah melakukan pembelian. Dia menjual seluruh sahamnya kepada Jacques de Pourcq.

Padahal, jika terus-menerus dipegang, duit 100 gulden tersebut bisa berubah menjadi ribuan gulden. Atau setidaknya, kata Petram, pemegang saham VOC bisa menerima rempah-rempah setiap saat sebagai corak dividen.

Mengingat VOC dalam beberapa tahun mendatang sejak IPO terbukti jadi perusahaan terbesar di bumi berkah sukses menjual dan menguasai rempah-rempah dari bumi Indonesia.

Hal ini bisa menjadi pelajaran bahwa bermain investasi perlu keahlian analisa nan tajam. Jika mau cuan besar, kudu tahu momentum kapan membeli saham dan menjualnya. Semoga info ini membantu!


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Racikan Investasi MI Saat Trump Bikin Rusuh & Dana Asing Kabur

Selengkapnya