ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - PBB memberikan peringatan petaka baru nan dihadapi umat manusia. Sindikat pidana Asia di kembali penipuan siber berbobot miliaran dolar AS sekarang sudah meluas ke Amerika Selatan dan Afrika.
Razia nan dilakukan di Asia Tenggara kandas mengupas operasi sindikat tersebut, menurut laporan PBB pada Senin (21/4) waktu setempat, dikutip dari Reuters, Selasa (22/4/2025)/
Jaringan pidana dengan modus penipuan online berkembang pesat di area Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tampak dari maraknya komplek perumahan nan berisi ribuan tenaga kerja untuk melancarkan tindakan penipuan.
Banyak perdagangan manusia nan dipaksa menjaring korban dari seluruh dunia. Industri penipuan siber ini dengan sigap beralih bentuk menjadi industri dunia nan kuat, menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kriminal (UNODC).
Pemerintah di area Asia Tenggara telah menggenjot upaya melenyapkan sindikat tersebut. Namun, mereka dengan sigap beranjak ke area lain untuk menjaring korban.
"Penyebarannya seperti kanker," kata perwakilan regional UNODC untuk Asia Tenggara, Benedikt Hofmann.
"Otoritas setempat berupaya melenyapkan aktivitas ini, tetapi akarnya tak pernah hilang. Mereka hanya bermigrasi," dia menambahkan.
UNODC mengatakan perkiraan kasar mengindikasikan ada ratusan lembaga penipuan berskala besar di bumi dan bisa mengumpulkan keuntungan hingga puluhan miliar dolar setiap tahunnya. Untuk itu, UNODC mendorong kerja sama nan kuat dalam upaya merusak jaringan finansial geng pidana tersebut.
"Industri penipuan siber regional telah melampaui aktivitas pidana transnasional lainnya. Industri ini dengan mudah menjaring korban di ranah online tanpa kudu memindahkan barang," dia menjelaskan.
Di AS sendiri, dilaporkan lebih dari US$5,6 miliar (Rp94,3 triliun)uang ludes lantaran penipuan mata duit mata uang digital pada 2023. Jumlah itu termasuk US$4 miliar (Rp67,4 triliun) penipuan dengan modus pig-butchering dan penipuan berkedok pendekatan relasi romantis. Korban sengaja menargetkan orang tua dan golongan rentan.
Dalam beberapa bulan belakangan, otoritas dari China nan merupakan negara asal golongan pidana tersebut, berbareng dengan otoritas Thailand dan Myanmar, memimpin penyelidikan terhadap operasi penipuan di area perbatasan Thailand-Myanmar.
Pemerintah Thailand memutus aliran listrik, bensin, dan internet, ke komplek-komplek operasi penipuan tersebut. Namun, sindikatnya dengan sigap beradaptasi dan pindah ke area paling terpencil di sekitar Asia Tenggara.
Perpindahan itu terkhusus ke wilayah Laos, Myanmar, Kambodia, dan wilayah-wilayah nan mempunyai yuridiksi lemah dengan tingkat korupsi tinggi, kata UNODC.
Tak hanya itu, sindikat juga mulai meningkatkan operasi di Afrika, termasuk Zambia, Angola, Namibia, dan Eropa Timur seperti Georgia.
Sindikat ini juga dengan sigap melakukan diversifikasi tenaga kerja. Mereka merekrut puluhan penduduk dari beragam kebangsaan, menurut UNODC.
Warga dari lebih dari 50 negara sukses diselamatkan dalam upaya razia baru-baru ini di perbatasan Thailand-Myanmar. Namun, itu saja tak cukup untuk melenyapkan tindakan penipuan internasional ini.
"Komunitas pidana internasional ini berada pada titik kritis. Kegagalan dalam menyelesaikan masalah ini bisa mendatangkan akibat bagi Asia Tenggara dan negara-negara lain di seluruh dunia," kata UNODC.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: