ARTICLE AD BOX
Jakarta -
PT Sucorinvest Asset Management menyebut, pasar modal Indonesia tengah menghadapi beragam tantangan ekonomi berkenaan dengan masa transisi kepemimpinan nasional seiring dengan dinamika dunia seperti suku kembang The Fed, geopolitik, perang tarif, dan pergeseran tren investasi global.
CEO Sucor AM Jemmy Paul Wawointana mengatakan, kondisi tersebut turut membentuk arah ekonomi domestik nan semakin kompleks. Menurutnya, fase ini menjadi krusial bagi performa pasar finansial dan ekosistem investasi ke depan.
"Tidak hanya perubahan dalam negeri dan juga kepemimpinan internasional seperti perubahan tarif dari AS, suku kembang global, hingga tensi geopolitik menjadi aspek krusial dalam mengambil keputusan investasi ke depan," kata Jemmy dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita semua sedang berada di fase krusial di mana transisi nasional dan dinamika dunia bakal membentuk arah baru bagi performa dan pasar finansial di Indonesia," tambahnya.
Dalam kondisi tersebut, Jemmy menilai para penanammodal memerlukan pengarahan nan relevan dan objektif untuk keberlanjutan investasinya di Indonesia. Karenanya, pandangan objektif dan strategi nan andal diperlukan untuk menetapkan keputusan investasi.
Dalam kesempatan nan sama, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengaku tetap optimis dengan instrumen obligasi kendati suku kembang dunia tetap fluktuatif. Menurutnya, kepemilikan asing pada obligasi tetap sekitar 14%.
"Ini nan menjelaskan kenapa guncangan dunia nan signifikan tidak terlalu berakibat pada pasar obligasi, lantaran tekanan jual dari asing juga jauh berkurang. Hal ini membikin kami cukup positif terhadap kondisi dunia saat ini. Sejujurnya, pasar obligasi tetap bisa menjadi pilihan investasi nan menarik," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Adiwarman Karim menilai, penanammodal mestinya tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi alias berbisnis. Ia mengimbau para penanammodal mencermati esensial emiten dengan sebenar-benarnya.
"Seperti nan sering saya katakan, perhatikan dulu fundamentalnya. Setelah itu, amati pasar. Kalau kita hanya ikut-ikutan tanpa pemahaman nan matang, kita hanya bakal mengikuti tren tanpa arah nan jelas," jelasnya.
(kil/kil)