Nyaring Suara Sepanjang 4,6 Km Tuntut Krisis Kelaparan Gaza Disetop

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Ratusan penduduk nan tergabung dalam 'Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina' menyuarakan dorongan penghentian krisis kemanusiaan, termasuk kelaparan nan tengah berjalan di Gaza.

Sepanjang Jalan dari Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat. Massa membunyikan suara-suara dari perangkat masak nan dipukul sebagai simbol perlawanan terhadap agresi Israel.

Warga nan terdiri dari anak-anak, pemuda-pemudi, hingga bapak-ibu tak henti menyerukan kecaman terhadap kekejian Israel dan sekutunya, terkhusus AS.

"Stop, stop genocide! Free, Free Palestina!" seru mereka.

"Stop starving Gaza!" lanjutnya.

Apa nan sedang terjadi di Gaza saat ini membangkitkan solidaritas kemanusiaan di bagian dunia. Teruntuk Jakarta, tindakan kemanusiaan berjalan dengan pawai jalan kaki dari Kedubes AS menuju HI dan kembali lagi ke Kedubes AS (kurang lebih sekitar 4,6 kilometer).

Aksi nan dimulai sejak pukul 06.30 WIB itu memantik perhatian penduduk lain nan sedang berolahraga dalam agenda Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan MH Thamrin, Bundaran HI, membikin beberapa dari mereka berasosiasi ke dalam rombongan.

Atribut nan terasosiasi dengan Palestina seperti poster, bendera hingga perangkat masak (kini sebagai simbol perjuangan) tak luput dibawa penduduk nan mengikuti aksi.

Warga Palestina termasuk bayi dan anak-anak di Gaza menderita dan meninggal kelaparan lantaran blokade support nan dilakukan Israel- sebuah strategi unik untuk menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dan genosida.

Krisis kelaparan tidak hanya melanda penduduk sipil, tetapi juga sudah menyasar tenaga medis nan bekerja menangani korban agresi Israel. CNN melaporkan dokter-dokter di Gaza jatuh pingsan akibat kelaparan saat menangani pasien.

"Rekan-rekan master menangkap saya saat pingsan, memberi saya infus dan gula. Ada master nan membawa minuman Tango dan saya langsung meminumnya," ujar Mohammad Saqer, master di Rumah Sakit Nasser, Gaza selatan, nan turut lenyap kesadaran saat bertugas.

"Saya bukan penderita diabetes. Ini lantaran kelaparan. Tidak ada gula. Tidak ada makanan," lanjutnya seperti dikutip CNN, Sabtu (26/7).

Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Uskup Patriark Latin Yerusalem, nan baru saja kembali dari kunjungannya ke Jalur Gaza, dalam wawancara eksklusif dengan CNN menggambarkan secara gamblang kondisi kemanusiaan nan semakin memburuk di wilayah itu. Dia apalagi menyebut kondisi Gaza saat ini lebih parah daripada saat dia berjamu pada Desember lalu.

"Pertama-tama, tingkat kehancuran sungguh luar biasa, jauh lebih parah daripada sebelumnya," ujar Kardinal Pizzaballa.

"Lautan tenda ada di mana-mana, terutama di sepanjang pesisir, juga tersebar di seluruh wilayah. Ratusan ribu, mungkin jutaan orang sekarang hidup di tenda, tanpa apa pun, tanpa kebersihan. Anda bisa bayangkan," jelasnya.

Dia juga menyoroti kelangkaan pangan nan membikin penduduk Gaza dilanda kelaparan. Komunitas Katolik apalagi hanya bisa memasak dua kali dalam seminggu. nan dimasak pun hanya sedikit nasi dan roti.

"Dan kami itu termasuk nan tetap punya sedikit privilese. Banyak lainnya apalagi tidak punya apa-apa," kata dia.

Dalam wawancara tersebut, dia juga menegaskan pentingnya segera dilakukan gencatan senjata. Dia mempertanyakan argumen kelanjutan perang nan tak kunjung berhujung dan mendesak para pihak untuk memberikan ruang bernapas bagi penduduk Gaza.

"Ini bukan soal perihal nan rumit. Cukup beri waktu sejenak agar penduduk bisa bernapas dan makanan bisa masuk. Ini soal kehendak," imbuhnya.

Kardinal Pizzaballa juga menyampaikan pesan krusial kepada dunia, bahwa meski kelelahan, penduduk nan dia temui tetap menunjukkan semangat hidup nan luar biasa.

"Mereka sangat berkeinginan untuk memperkuat dan membangun kembali hidup mereka," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(ryn/pta)

Selengkapnya