ARTICLE AD BOX
detikai.com
Sabtu, 29 Mar 2025 06:15 WIB

Jakarta, detikai.com --
Puluhan laki-laki paruh baya berseragam merah ke sana ke mari membawa peralatan bawaan. Satu orang bisa membawa hingga dua koper milik pemudik di Dermaga 6 Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (28/3) awal hari.
Bagi seorang pemudik, koper-koper itu bukan hanya berisi pakaian, juga barang-barang apa saja nan bisa muat untuk dibawa kepada family di kampung. Wajar, lantaran tidak ada pemisah berat untuk peralatan bawaan penumpang kapal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi para porter, koper-koper berat itu adalah rezeki, pun jika seberat bongkah besi, tetap tetap rezeki. Pasalnya, setiap koper nan mereka angkut dari terminal pelabuhan menuju kapal penyeberangan adalah rupiah nan bakal mereka kantongi; sesuatu nan semakin susah mereka dapatkan.
Porter-porter Pelabuhan Merak adalah sebagian dari segelintir orang nan jarang mengecap mudik. Selain lantaran kudu tetap mencari nafkah, kampung laman mereka juga berada di sekitar pelabuhan.
Kapan pun kapal bersandar, mereka selalu siaga. Mata mereka nan merah dan kantuk tak letih untuk jeli mencari pemudik nan butuh dibawakan barang-barangnya. Tak terkecuali, Thorir.
Pria berumur 42 tahun itu duduk tertegun di pojok luar sebuah tenan kopi Dermaga 6 Pelabuhan Merak. Matanya merah dan muncul hitam di bawah kantung matanya lantaran rasa kantuk nan luar biasa.
Bagaimana tidak, Thorir dan puluhan kawan porter-nya telah bekerja mulai Kamis (27/3) pagi. Sif mereka bakal berhujung pada Jumat pagi. Setelah itu, Thorir dan teman-temannya bakal diganti oleh gelombang porter nan lain.
Tak seperti beberapa temannya nan mulai tidur berdiri, Thorir tetap membuka matanya lebar-lebar. Kedua tangannya disilang ke dada, dengan telapak tangan nan satu menggenggam lengan nan lain.
Sepatunya lusuh, mulai lenyap di bagian tumit. Nampaknya sudah dipakai bertahun-tahun. Tak lupa dia kenakan topi putih bertuliskan kata-kata kontemporer itu.
Kendati pun sebagian dari mereka mulai tidur berdiri, mereka tetap siaga menjaga peralatan bawaannya. Jika terjadi sesuatu pada barang-barang itu, lenyap alias rusak, maka bukan rezeki mereka saja nan ikut lecet, tetapi bisa saja nasib mereka juga.
Seorang kawan Thorir betul-betul tidur berdiri. Pria itu berdiri sembari menutup mata dan tiba-tiba ketika membuka mata, dia terlihat seperti baru saja bangun dari tidur 5 jam.
Sebuah keahlian nan hanya didapatkan oleh orang-orang nan bekerja bertahun-bertahun untuk mengangkat beban bawaan penumpang 24 jam dalam sehari, meskipun tidak setiap hari.