ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Sudah sejak lama kita selalu dihadapkan soal pertanyaan evolusi. Misalnya mana nan lebih dulu ayam alias telur?
Pertanyaan soal perkembangan 'mana nan lebih dulu' selalu membikin pusing. Namun sebuah penelitian sukses memecahkan jawaban untuk pertanyaan evolusi.
Dalam perihal evolusi, pertanyaan soal telur dan ayam ditujukan kepada organisme tak bergerak (tanaman) dan organisme bergerak (hewan). Lebih spesifik lagi, soal fotosintesis dan metabolisme aerobik.
Fotosintesis adalah proses oleh algae dan tanaman untuk mengolah karbon diaoksida dan air dengan daya sinar mentari untuk menghasilkan "bahan bakar" pertumbuhan. Oksigen juga dihasilkan sebagai hasil "sampingan."
Hewan kemudian menggunakan oksigen sebagai bahan bakar untuk mengolah "bahan bakar" tubuh kemudian diubah menjadi daya dan membuang karbon dioksida. Proses ini dinamakan metabolisme aerobik.
"Kami sejak awal menduga ini mengenai perkembangan fotosintesis dan keahlian bernapas," kata Felix Elling, peneliti dari Departemen Bumi dan Ilmu Planet, seperti dikutip dari Phys, Jumat (28/2/2025).
Elling, who was working in Professor Ann Pearson's Lab for Molecular Biogeochemistry and Organic Geochemistry, was looking for specific molecules unrelated to questions about the evolution of aerobic metabolism when he discovered something unusual: a slight change in a molecule in a nitrogen-utilizing bacterium, Nitrospirota, that appeared more like something that a plant would need for photosynthesis, rather than a bacterium.
Elling menjelaskan dirinya mengamati bahwa ada perubahan nan tak kentara dalam molekul Nitrospirota, kuman nan mengonsumsi nitrogen. Proses ini biasanya muncul dalam tanaman, bukan bakteri.
Mereka menemukan ragam dari molekul nan disebut kuinon. Molekul ini ada di semua jenis kehidupan. Ada dua ragam kuinon yaitu aerobik nan memerlukan oksigen dan anaerobik nan tidak.
Kuinon aerobik terbagi lagi menjadi dua, yakni untuk tanaman lewat fotosintesis dan digunakan kuman serta hewan untuk menghirup oksigen.
Ternyata ada jenis ketiga, metyil-plastokuinon, nan kemungkinan merupakan mata rantai nan hilang.
Penemuan kuinon terkait fotosintesis di kuman nan menghirup oksigen, sangat unik. Oleh lantaran itu, peneliti percaya bahwa metyil-plastokuinon adalah mata rantai nan lenyap antara dua jenis proses krusial dalam kehidupan (fotosintesis dan pernapasan).
Mereka kemudian menghubungkan antara temuan ini dengan "Peristiwa Oksidasi Besar" nan terjadi sekitar 2,3 hingga 2,4 miliar tahun lalu. Pada saat itu, intelektual menduga algae jenis cyanobacteria muncul dan memproduksi oksigen dalam jumlah besar. Lonjakan jumlah oksigen itu membuka pintu lahirnya organisme nan bernapas (metaboisme aerobik).
Artinya, awalnya intelektual menduga bahwa fotosintesis terjadi sebelum kemunculan makhluk hidup nan "bernapas." Temuan jenis kuinon baru ini memunculkan asumsi baru, ialah sudah ada organisme nan hidup memanfaatkan oksigen jauh sebelum ada ledakan cyanobacteria,
Ann Pearson dari Lab for Molecular Biogeochemistry and Organic Geochemistry menjelaskan bahwa reaksi biologi nan memanfaatkan oksigen sebetulnya 'sangat merusak' dan bisa membutuh sel nan tidak bisa memprosesnya. Oleh lantaran itu, organisme nan bisa memproses oksigen mempunyai sel nan sangat "canggih."
"Dengan kata lain, ini adalah langkah kita bernapas. Setelah punya. keahlian bernapas, diversifikasi segala jenis kehidupan di bumi ini terbuka," kata Pearson.
Perbedaan beragam jenis struktur kuinon juga bisa tampak di tubuh manusia. Kuinon di mitokondria manusia berbeda dengan kuinon di tanaman.
"Apa nan kami temukan adalah 'nenek moyang' molekul ini, nan kemudian diadaptasi ke dalam dua corak dengan kegunaan spesifik di tumbuhan dan dalam corak mitokondria," kata Elling. "Molekul ini adalah sebuah mesin waktu, fosil hidup dari molekul nan memperkuat lebih dari dua miliar tahun."
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: DPR RI Bicara Bisnis Asuransi di Tengah Isu Soal Over Utilisasi
Next Article Struktur Tersembunyi Ditemukan di Inti Bumi, Pelajaran Sekolah Salah!