Mungkinkah Waktu Haji Dipangkas Jadi 20 Hari?

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, detikai.com --

Wacana untuk memangkas masa tinggal jemaah haji di Mekah dan Madinah, Arab Saudi demi memangkas ongkos alias biaya ibadah murah mencuat ke publik.

Ada nan mengusulkan masa tinggal dikurangi dari nan sudah ditetapkan 40 hari menjadi 30 atau 20 hari.

Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang mengusulkan agar masa tinggal jamaah haji selama di Makkah dan Madinah cukup 30 hari. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis mengusulkan masa tinggal hanya selama 20 hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pemangkasan masa tinggal bakal berakibat pada berkurangnya biaya haji.

"Kalau haji itu kan memang hanya 6 hari sebenarnya, dari tanggal 8 (Dzulhijjah), 9, 10, 11," kata Cholil kepada CNNIndonesia.com, Selasa (20/5) malam.

Cholil mengatakan dengan melaksanakan sunnah, mungkin dibutuhkan waktu 10 hari di Makkah. Oleh karenanya, dia beranggapan masa tinggal 17-20 hari sudah cukup.

"Dengan sunnahnya mungkin butuh waktu 10 hari di Mekkah. Jadi jika 17-20 hari itu sudah cukup dengan sepekan bagi nan mau ambil shalat arba'in di Madinah. Saya kira itu bakal lebih murah," ujarnya.

Lebih efisien 20 hari

Ia merinci perkiraan penyelenggaraan haji jika dipangkas. Pada 6 Dzulhijjah mulai bergerak ke Mina untuk ambil Tarwiyah alias langsung tanggal 9 ke Arafah untuk wukuf.

Kemudian, bergerak ke Muzdalifah dan tanggal 10 Dzulhijjah di Mina sampai tanggal 12 Dzulhijjah bagi nan ambil nafar awal alias tanggal 13 Dzulhijjah baru bergerak ke Masjidil Haram bagi nan ambil Nafar Tsani.

"Kalau seminggu di Madinah nan berfaedah hanya dua pekan penyelenggaraan ibadah haji dan kunjungan Madinah sehingga sekitar 20 hari perjalanan haji dengan pulang perginya. Bismillah lebih efisien," katanya.

Masa tinggal lama penyebab biaya besar

Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji), Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan masa tinggal nan terlalu panjang memang menjadi salah satu penyebab cost nan besar dan beragam masalah lainnya.

Ia menyebut perihal itu bakal menjadi pertimbangan krusial bagi BP Haji untuk musim haji tahun depan.

Dahnil menyinggung petunjuk Presiden Prabowo Subianto nan mau biaya haji jamaah Indonesia terus ditekan.

"Ini bakal menjadi pertimbangan krusial bagi kami di BP Haji untuk musim haji 2026 nanti. Untuk bisa memotong masa tinggal seiring dengan perintah Presiden untuk bisa terus menekan biaya haji," kata Dahnil.

Dahnil mengatakan pemangkasan lama tinggal juga kudu diikuti kesiapan penerbangan. Ia menjelaskan salah satu karena panjangnya lama tinggal lantaran antrian penerbangan.

Terpisah, Kepala BP Haji Muhammad Irfan Yusuf mengatakan Pemerintah Indonesia sudah mulai membuka pembicaraan awal dengan otoritas di Saudi soal penggunaan Bandara Thaif.

"Memang betul untuk mengurangi masa tinggal tergantung slot penerbangan kita, lantaran itu kita sudah memulai pembicaraan awal dengan pengelola Bandara Thaif," ujar Gus Irfan.

 Membandingkan Biaya Haji RI Vs Malaysia, Benarkah Klaim Prabowo Negeri Jiran Lebih Murah?INFOGRAFIS: Membandingkan Biaya Haji RI Vs Malaysia, Benarkah Klaim Prabowo Negeri Jiran Lebih Murah?

Komponen terdampak kalau masa tinggal dipangkas

Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH), Muhammad Firman Taufik beranggapan komponen biaya nan berpengaruh jika terjadi pengurangan hari adalah akomodasi (penginapan dan makan) di Madinah dan biaya hidup saja. Lainnya tidak terdampak.

"Biaya akomodasi di Makkah tidak terpengaruh, lantaran perhitungannya jemaah bayar selama satu musim Haji, berbeda dengan akomodasi Madinah nan biayanya adalah per orang per hari," kata Taufik.

Jika tujuan akhirnya adalah pemotongan ongkos naik haji, menurutnya, komponen tiket penerbangan adalah nan paling berpotensi untuk dilakukan reduksi. Ia mengatakan nilai tiket pulang-pergi di musim haji untuk pesawat non charter termurah adalah Rp25 juta lebih.

"Catatannya adalah penerbangan ini bakal transit di negara tertentu, sebelum kemudian tiba di Jeddah atau Madinah," ujarnya.

Lebih lanjut, Taufik menilai komponen pelayanan Arafah, Mina dan Muzdalifah (armuzna) juga menjadi komponen krusial nan dapat dikurangi.

Salah satu caranya adalah dengan meminta kepada pihak Syarikah selaku penanggung jawab Masyair (Armuzna) menyediakan petugas lokal untuk melayani jamaah haji reguler.

"Ini bakal memangkas biaya perjalanan, lantaran mendatangkan petugas dari Indonesia tentunya jauh lebih mahal dibanding tenaga lokal," katanya.

Terbentur patokan Saudi

Taufik mengatakan tujuan akhir mengurangi biaya haji tidak bakal mudah. 

Salah satu tantangannya adalah izin otoritas Haji Arab Saudi nan menyampaikan bahwa negara dengan jumlah jemaah Haji di atas 100.000 maka lama masa tinggal di Arab Saudinya adalah lebih dari 30 hari.

"Posisi strategis Indonesia sebagai pemilik jemaah Haji terbanyak di bumi dapat dipergunakan untuk melakukan beragam langkah diplomasi untuk mengubah izin ini," ujarnya.

Sebelumnya, Prabowo menginstruksikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar dan Kepala BP Haji Muhammad Irfan Yusuf untuk kembali mengupayakan penurunan biaya bagi jemaah haji asal Indonesia.

Ia mengatakan sekarang biaya haji telah turun sekitar Rp4 juta. Prabowo mengaku belum puas dengan penurunan itu.

"Sekarang Alhamdulillah kita bisa turunkan biaya haji Rp4 juta nan sudah dirasakan oleh jemaah tahun ini 203 ribu, tapi Rp4 juta saya minta dikurangi lagi saya belum puas, kita kudu termurah nan bisa kita capai," kata Prabowo saat meresmikan Terminal Khusus Haji dan Umrah, Terminal 2F Bandara Soetta, Minggu (4/5).

(yoa/dal)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya