ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan nilai ayam hidup (live bird) di tingkat peternak nan saat ini tengah mengalami penurunan signifikan bakal kembali normal dalam kurun waktu seminggu ke depan. Jika tidak, dia mengaku bakal turun tangan langsung.
"Kami sudah minta Dirjen PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan) nyaris tiap hari. Kami monitor, tadi sudah ada mulai naik. Kami dijanji satu minggu sudah normal kembali. Bila satu minggu tidak normal, saya nan turun tangan," kata Amran saat ditemui wartawan di Kantor Kementan, Sabtu (26/4/2025).
Amran mengatakan berasas kasus-kasus sebelumnya, masalah penurunan nilai di tingkat peternak ini biasanya bakal dengan sigap teratasi setelah Kementerian mengundang para pemangku kepentingan seperti peternak dan industri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami minta itu peternak mini jangan dibiarkan jalan sendiri. Aku minta Dirjen, Direktur turun tangan semua. Berapa kali terjadi dulu, kami undang langsung normal, Insyallah," papar Amran.
"Kami dijanji, kami kemarin minta kapan bisa normal, katanya minggu depan, paling lambat minggu depan. Kalau tidak normal, saya nan turun tangan," tegasnya lagi.
Di luar itu, dia mengakui saat ini produksi ayam hidup dan telur saat ini sedang tinggi, nan secara otomatis membikin nilai jadi turun. Untuk mengatasi persoalan ini, salah satu langkah nan dapat dilakukan adalah memperbanyak jumlah ekspor ke luar negeri.
"Ya memang produksi kita tinggi, makanya solusinya adalah ekspor. Telur kemarin sudah mulai ke beberapa negara, ada 40 kontainer jika tidak salah dilaporkan bakal ekspor, alias mungkin sudah diekspor. Sebenarnya ayam dengan telur kan kita sudah ekspor, termasuk ke Jepang kan," ucapnya.
Sebagai informasi, nilai ayam hidup (live bird) di tingkat peternak tengah mengalami penurunan nan cukup signifikan. Hal ini diungkapkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas). Dijelaskan nilai ayam hidup di sejumlah wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jabodetabek hanya berkisar antara Rp 13.200 hingga Rp 14.400/kg.
"Angka ini cukup jauh di bawah titik lunas alias Break Even Point (BEP) nan berada di level Rp 19.000 /kg, apalagi lebih rendah lagi dibanding Harga Acuan Penjualan (HAP) nan ditetapkan sebesar Rp 25.000/kg," kata keterangan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, dikutip Kamis (24/4/2025).
Selain itu, nilai telur ayam ras juga mengalami tekanan serupa, dengan nilai jual di lapangan sekitar Rp 22.800 hingga Rp 23.600/kg, tetap di bawah HAP nan telah ditetapkan sebesar Rp 26.500/kg.
Tidak diungkapkan apa penyebab menurunnya nilai ayam dan telur di level peternak. Meski begitu, saat ini Bapanas sudah melakukan upaya untuk melindungi peternak ayam ras dari kerugian dengan tindakan penyerapan produk ayam dan telur berbareng seluruh Dinas Urusan Pangan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
(igo/eds)