ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Sugiono bertemu dengan Menlu China Wang Yi di Beijing hari ini, Senin (21/4).
Pertemuan itu dilaksanakan saat Beijing menakut-nakuti negara-negara nan mau negosiasi kenaikan tarif impor Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan 2+2 itu juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin dan Menhan China Dong Jun.
Juru bicara Kemlu RI Rolliansyah 'Roy' Soemirat mengatakan pertemuan dua menteri dari kedua negara saat ini sedang berlangsung.
Roy berujar pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dan penerapan dari kesepakatan kedua kepala negara pada Oktober 2023, ketika Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing di tahun nan sama.
"Pertemuan tingkat SOM (Senior Officials' Meeting) telah diselenggarakan pada tahun 2024, namun untuk pertemuan tingkat menteri disepakati bakal diselenggarakan setelah pergantian manajemen di Indonesia," kata Roy kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/4).
Roy menuturkan pertemuan ini membahas sejumlah rumor nan memang biasa dirundingkan dalam forum serupa.
"Adapun isu-isu nan dibahas adalah isu-isu nan memang biasa dibahas pada forum serupa 2+2," lanjutnya.
South China Morning Post (SCMP) sebelumnya melaporkan bahwa Sugiono bakal berjumpa dengan Wang Yi di tengah perang tarif nan digencarkan Trump.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan pada Jumat (18/4) bahwa pertemuan ini adalah nan pertama untuk tingkat menteri, nan menunjukkan sifat strategis dan tingkat kerja sama nan tinggi antara China dan Indonesia.
Lin berujar pembicaraan tersebut bakal membahas soal hubungan politik, keamanan, dan pertahanan antara Beijing dan Jakarta. Diskusi itu juga bakal mencakup pembahasan soal masalah internasional dan regional.
Menurut SCMP, pembicaraan ini mencerminkan upaya baru China untuk memperkuat kerja sama dengan Asia Tenggara sebagai tembok perlawanan terhadap AS.
ASEAN belakangan dipandang sebagai kekuatan strategis geopolitik untuk persaingan AS-China. Pandangan ini semakin menguat di tengah perang tarif nan dicetuskan Trump baru-baru ini.
Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan luar negeri pertamanya ke tiga negara ASEAN, ialah Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. Ketiga negara Asia Tenggara ini termasuk di antara nan dikenakan tarif impor tinggi oleh Trump.
Tarif impor Trump memang menyasar nyaris semua mitra jual beli Washington, dengan beragam besaran. Sejumlah negara nan kena pajak selangit sampai-sampai kudu menjadwalkan negosiasi dengan AS demi menurunkan bea masuk ini.
Melihat langkah tersebut, China pun menakut-nakuti bakal membikin "tindakan balasan" terhadap negara nan melakukan negosiasi dengan AS sehingga mengorbankan Negeri Tirai Bambu.
"China dengan tegas menentang pihak mana pun nan mencapai kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan China," kata ahli bicara Kementerian Perdagangan China, seperti dikutip AFP.
"Jika situasi seperti itu terjadi, China tidak bakal pernah menerimanya dan bakal dengan tegas mengambil tindakan balasan," lanjut dia.
(iblq/bac)
[Gambas:Video CNN]