Mengapa Pemilik Fortuner Sering Arogan Di Jalan? Ini Kata Studi

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejadian viral nan melibatkan pengendara Fortuner kembali terjadi. Kali ini, seorang pengendara Fortuner menusuk pengemudi DAMRI di sebuah SPBU di Bandar Lampung. 

Ini bukan pertama kalinya pengendara Fortuner menjadi viral akibat bersikap arogan di jalanan, apalagi terlibat pertikaian apalagi hingga menyebabkan korban luka. Mengapa kejadian serupa marak terjadi?

Pada 2012 lalu, tim peneliti dari University of California memublikasikan riset berjudul "Higher Social Class Predicts Increased Unethical Behavior". Salah satu eksperimennya adalah memandang etika pengendara mobil mewah dan non-mewah saat berkendara. Hasilnya sama-sama menunjukkan jika pengendara mobil mewah condong ugal-ugalan, berani memotong jalur pengendara lain, apalagi melanggar hukum.

Lalu, apa nan mendasari perilaku seperti ini?

Peneliti campuran dari University of Illinois dan University of California pada 2012 sukses menemukan jawabannya. Dalam riset "Social Class, Solipsism, and Contextualism: How the Rich Are Different From the Poor" penyebab orang kaya condong punya perilaku jelek lantaran munculnya sikap egois alias konsentrasi pada dirinya sendiri. Mereka tidak mau menjalin relasi baik dengan orang nan menurut pandangannya tidak sejalan.

Penyebab dari persoalan ini kembali lagi pada besarnya kepemilikan sumber daya, baik uang, kekayaan lain, alias relasi kuasa. Banyaknya sumber daya membuatnya lebih bebas meraih kemauan untuk mendapat status sosial-ekonomi.

Berkat keistimewaan itu, mereka tidak takut jika tindakannya melewati batas norma dan etika norma alias sosial. Sekalipun melanggar, mereka percaya punya kekebalan. Akibatnya, mereka sering merasa dirinya berkuasa.

Lain ceritanya dengan masyarakat kelas menengah ke bawah. Menurut Antony S. R. Manstead dari Cardiff University dalam "The Psychology of Social Class: How Socioeconomic Status Impacts Thought, Feelings, and Behaviour" (2018), masyarakat kelas menengah ke bawah lebih berhati-hati dalam berperilaku di masyarakat lantaran mereka tidak punya sumber daya besar.

Mereka sudah kesulitan lantaran beragam tekanan ekonomi, lingkungan, dan persoalan hidup lainnya. Akibatnya masyarakat kelas bawah tidak mau mencari musuh baru sebagai akibat dari perilaku tidak etis. Alhasil perseorangan kelas bawah condong mempunyai konsep diri nan saling bergantung.

Sikap etis nan ditonjolkan dilakukan sebagai upaya membangun kerjasama untuk menciptakan hubungan nan kuat sehingga dapat memberikan untung bagi sesama. Makin rendah kelas sosial, demikian hasil riset tersebut, makin besar pula empatinya.

Meski demikian, seluruh hasil riset nan dipaparkan tidak berupaya menggeneralisir. Ada banyak orang kaya aktif di aktivitas filantropis. Begitu pula tidak sedikit orang kelas menengah ke bawah nan punya sikap tidak etis.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rayakan Keberagaman, Bisnis Kosmetik Dobrak Standar Kecantikan

Selengkapnya