ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Sejumlah mantan tenaga kerja Justin Baldoni menuding tokoh tersebut melakukan "toxic positivity" dan kerap menyebarkan mengerti Baha'i di kantor.
Seorang mantan tenaga kerja rumah produksi milik Baldoni, Wayfarer Studios, mengatakan kepada Los Angeles Times bahwa sikap positif nan dimiliki tokoh tersebut terasa palsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu adalah perihal positif nan konstan sepanjang waktu - saya bakal menyebutnya toxic positivity," kata mantan tenaga kerja tersebut.
"Saya selalu sedikit ragu dengan orang nan mengenalkan diri mereka sebagai pemasok perubahan namalain 'orang baik'. Itu terasa palsu." lanjutnya.
Namun mantan tenaga kerja Wayfarer lainnya merasa bekerja di studio tersebut adalah pengalaman terbaik. Ia juga menilai bahwa Baldoni "sangat imajinatif dan selaras dengan aspek spiritualnya".
"Dia mempunyai hati untuk membantu orang lain. Bekerja di Wayfarer adalah salah satu saat terbaik dalam hidup saya." kata sumber lainnya.
Sumber tersebut mengakui bahwa ada "paduan" nan diberikan kepada tenaga kerja soal berinteraksi dan berkorespondensi antar karyawan. Hal itu disebut agar aktivitas tenaga kerja "tetap ahli dan selasar dengan etos perusahaan".
[Gambas:Video CNN]
"Wayfarer percaya bahwa kegembiraan dan kepositifan adalah inti dari pekerjaan nan baik, dan mereka mendukung pernyataan ini." kata sumber itu seperti diberitakan New York Post pada Rabu (5/3).
Sementara itu, mantan tenaga kerja lainnya mengatakan dirinya tak nyaman dengan Baldoni dan para bos lainnya lantaran mereka terkesan memaksakan pemahaman Baha'i nan mereka anut kepada tenaga kerja lainnya.
Baha'i adalah kepercayaan monoteistik nan menekankan kesatuan spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama ini lahir di Persia, sekarang iran, pada 1863 oleh Mírzá Ḥusayn-`Alí Núrí.
Agama Baha'i meyakini kesatuan umat manusia sangatlah penting, termasuk persamaan kewenangan kaum wanita dan laki-laki, menghapus segala macam prasangka, pencarian kebenaran secara bebas, kesatuan agama, dan perlunya bahasa persatuan sedunia.
"Ada aspek misionaris dalam langkah Justin berbincang tentang kepercayaan itu yang, menurut pendapat saya, terasa tidak layak secara profesional," kata sumber tersebut.
Juru bicara Justin Baldoni dan Wayfarer Studios mengatakan kepada The New York Post bahwa para pendiri perusahaan tersebut adalah penganut Baha'i, tapi kebanyakan pemimpin senior perusahaan bukan dan tak ada aktivitas mengenai Baha'i nan dilakukan oleh perusahaan.
"Karena semua proyek Wayfarer berakar pada sistem kepercayaan nan berasal dari beragam kepercayaan dan latar belakang, berbincang dari perspektif pandang spiritual adalah perihal nan biasa," kata ahli bicara tersebut kepada The Post.
"Karyawan didorong untuk merayakan dan mempraktikkan kepercayaan masing-masing sesuai kemauan mereka, sebuah pesan nan didukung dengan bangga oleh para pimpinan." lanjutnya.
Justin Baldoni menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir lantaran bentrok dengan Blake Lively setelah keduanya bekerja-sama dalam movie It Ends With Us.
Blake Lively menuding Baldoni melakukan pelecehan seksual dan dalang pencemaran nama baik, sementara Baldoni menuding Lively dan suaminya, Ryan Reynolds, dengan tudingan pencemaran nama baik dan pemerasan.
(end)