ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Kejahatan siber menjadi momok menyeramkan di seluruh dunia. Banyak orang sudah jadi korban penipuan dengan beragam modus.
FBI melaporkan kejahatan siber dunia mencatat kerugian sebesar US$16 miliar (Rp269 triliun) sepanjang 2024. Kerugian itu naik sepertiga dibandingkan 2023.
Kerugian paling besar berasal dari penipuan dengan teknologi minim namalain tak terlalu canggih. Misalnya penipu menyamar sebagai penanammodal nan membujuk korban untuk berinvestasi bodong.
Modus lain, pegawai perusahaan terkecoh dengan email tiruan nan meminta mereka menransfer biaya dalam jumlah besar ke rekening bank penipu.
Penipuan berkedok support teknis (technical support scam) dan hubungan romantis (romance scam) juga menyebabkan kerugian hingga ratusan juta dolar AS, menurut laporan FBI, dikutip dari Reuters, Kamis (24/4/2025).
Angka kerugian nan dilaporkan merupakan hasil penghimpunan Pusat Pelaporan Kejahatan Internet milik FBI. Lembaga tersebut unik menangani laporan peretasan alias penipuan digital.
FBI mengatakan lembaga tersebut menerima nyaris 860.000 laporan penipuan sepanjang 2024.
Kerugian dari kejahatan siber sejatinya susah dikalkulasi. Namun, nomor nan dibeberkan FBI merupakan salah satu nan paling komprehensif.
FBI mengakui nomor tersebut bisa jadi lebih mini dari realita di lapangan. Sebagian dikarenakan penipuan berkarakter ransomware nan menargetkan perusahaan tak termasuk dalam laporan nan masuk ke FBI.
Laporan nan masuk ke FBI juga datang dari beragam bagian dunia, tak hanya di Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, FBI mengatakan kebanyakan memang merupakan laporan penipuan nan terjadi di AS.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ancaman BTS Palsu Kirim SMS & Kuras Rekening, Ini Bahayanya!
Next Article Markas Maling Rekening Digerebek, 800 Orang Ditangkap