Low Tuck Kwong Kaya Raya, Ternyata "dibantu" Ratu Belanda

Sedang Trending 17 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com — Sektor tambang batu bara menjadi upaya nan menggiurkan lantaran menghasilkan untung nan tinggi. Low Tuck Kwong merupakan konglomerat nan sukses kaya raya di sektor tersebut.

Ternyata jalan sukses pengusaha tambang batu bara di Indonesia tak terlepas dari peran Ratu Belanda era 1840-an nan menggencarkan ekspedisi ke Kalimantan. Akibatnya, banyak pengusaha nan terjun ke upaya ini setelah kandungan batu bara di wilayah itu ditemukan.

Pada 1846, pemanfaatan batu bara pertama di Indonesia mulai terlaksana. Eksploitasi ini dilaksanakan setelah Ratu Belanda mengirimkan tim peneliti untuk membuktikan berita penemuan persediaan batu bara nan besar di wilayah Kalimantan.

Penggalian ini menjadi sejarah penting. Sebab, dari sinilah pintu pemanfaatan batu bara dibuka. Adanya perintah ratu tersebut membikin ambisi mengangkut batu bara dari bumi Kalimantan meningkat dan semakin besar hingga saat ini.

"Setelah 1945, karakter dan struktur industri pertambangan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan karena ekstraksi sumber daya mineral tetap ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional," tulis Robert Siburian dalam "Pertambangan Batu Bara: Antara Mendulang Rupiah dan Menebar Potensi Konflik" (Masyarakat Indonesia, 2012).

Meningkatnya kebutuhan pasar internasional inilah nan membikin prospek upaya batu bara di Indonesia semakin menjanjikan. Saat Soeharto berkuasa, investasi asing semakin mudah, sehingga penguasaan sumber daya alam oleh pihak swasta bukan lagi halangan. Salah satu nan tertarik adalah Low Tuck Kwong.

Kwong tumbuh dan besar di Singapura. Ada berita jika selama hidupnya di sana dia belajar berbisnis di upaya ayahnya nan dikenal sebagai pebisnis ulung di bagian konstruksi.

Dalam situs resmi Bayan Group, laki-laki kelahiran 1948 ini datang ke Indonesia pada 1972.

Kala itu dia tetap berstatus sebagai Warga Negara Singapura. Karena terlebih dulu handal di bagian kontruksi, dia lantas mendirikan perusahaan kontraktor di Tanah Air berjulukan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) setahun kemudian.

Kwong menyatakan jika perusahaan nan bergerak di bagian pekerjaan umum ini menjadi perintis pekerjaan pondasi tiang pancang selama kurun 1980-1990-an.

Pada 1988, JSI putar haluan. Kwong mulai melirik potensi industri batu bara lantaran meningkatnya permintaan pasar internasional. Alhasil, 10 tahun kemudian dan lima tahun setelah resmi jadi Warga Negara Indonesia, tepatnya pada 1997, terjadilah perjanjian dan pengakuisisian dua perusahaan batu bara, ialah PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP).

PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) adalah perusahaan milik Haji Asri nan telah jadi pemain lama di sektor batu bara Kalimantan Timur. Kwong membeli sahamnya seharga Rp 5 Miliar.

Belakangan, Kwong menyatukan dua perusahaan itu menjadi satu perusahaan induk: PT. Bayan Resources Tbk (BYAN). Sejak saat itulah, BYAN mempunyai kewenangan eksklusif pertambangan dari pemerintah Indonesia. Pada 2021, perusahaannya menerima lima perjanjian dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total konsesinya mencapai 81. 265 hektar.

Kini di tengah situasi dunia tidak menentu, Kwong seumpama tertimpa durian runtuh. Meningkatnya nilai batu bara di pasar dunia berfaedah meningkatkan pula kekayaan kekayaan Kwong.

Terbukti, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya di Indonesia pada 2022 menyingkirkan Hartono berkerabat nan sudah memegang mahkota itu sejak 2008. Memang, dia juga berbisnis di sektor teknologi, tetapi batu bara tetap menjadi tulang punggung utama kekayaan Kwong.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Batu Bara Saat Harga Anjlok - Rencana Kenaikan Royalti

Next Article Ini Bisnis Pertama Low Tuck Kwong di RI, Bukan Batu Bara

Selengkapnya