Laporan Pbb Ungkap Krisis Air Yang Semakin Parah Di Pakistan

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Laporan Penilaian Keamanan Air Global terbaru nan dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan secara gamblang dan serius tentang krisis air nan semakin parah di Pakistan.

Dengan mengklasifikasikan Pakistan sebagai negara "sangat tidak kondusif air," laporan PBB tersebut telah mendorong krisis Pakistan nan telah lama terjadi menjadi sorotan global, memperkuat apa nan telah diperingatkan para mahir dan pemerhati lingkungan selama bertahun-tahun: Pakistan semakin dekat dengan musibah air.

Klasifikasi dari PBB untuk Pakistan ini bukan sekadar label statistik, ini adalah tanda ancaman nan mengerikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi "sangat tidak kondusif air" menunjukkan bahwa ketersediaan, aksesibilitas, dan kualitas air di Pakistan tidak hanya terganggu, tetapi juga kandas pada tingkat nan menakut-nakuti kesehatan, mata pencaharian, dan stabilitas nasional.

Bagi negara dengan lebih dari 240 juta orang itu, perihal ini memberikan tekanan nan tidak berkepanjangan pada pertanian, industri, kehidupan perkotaan, dan masyarakat pedesaan.

Realitas pahit di kembali angka

Kelangkaan air di Pakistan bukanlah ancaman nan tetap jauh, tapi adalah realitas nan dialami jutaan orang.

Menurut penilaian PBB, kesiapan air per kapita di Pakistan telah ambruk ke tingkat nan jauh di bawah periode pemisah kelangkaan air nan ditetapkan secara internasional.

Hal ini disebabkan kombinasi beragam faktor, termasuk pertumbuhan populasi, salah urus sumber daya, praktik pertanian nan tidak efisien, prasarana air nan buruk, dan akibat perubahan suasana nan mengancam.

Sistem Sungai Indus, sumber air utama Pakistan, berada di bawah tekanan nan sangat besar.

Bersama dengan India di bawah Perjanjian Perairan Indus, sungai dan anak-anak sungainya merupakan jalur kehidupan bagi ekonomi agraris Pakistan.

Namun tata kelola air nan buruk, penarikan berlebihan, sedimentasi bendungan, dan ketergantungan berlebihan pada air permukaan telah mengubah sistem nan dulunya perkasa menjadi jaringan rapuh.

Sementara itu, air tanah-sumber daya cadangan-sedang terkuras pada tingkat nan mengkhawatirkan lantaran ekstraksi nan tidak diatur di Pakistan.

Variabilitas suasana hanya memperparah masalah ini.

Pencairan gletser di utara, pergeseran pola musim hujan, dan kekeringan nan semakin sering terjadi telah menciptakan sistem pasokan air nan tidak stabil.

Pusat-pusat perkotaan seperti Karachi dan Lahore secara rutin menghadapi kekurangan air, sementara wilayah pedesaan menderita siklus irigasi tak menentu, nan membahayakan hasil panen serta ketahanan pangan.

Krisis nan berakar pada tata kelola

Mungkin nan lebih meresahkan daripada hambatan lingkungan adalah salah urus sumber daya air nan kronis.

Selama beberapa dekade, Pakistan telah berjuang menerapkan kebijakan air nan efektif alias membangun prasarana nan kuat untuk memenuhi kebutuhannya.

Pemerintah berturut-turut telah kandas memprioritaskan perencanaan jangka panjang, sering kali menyerah pada tindakan ad hoc dan perbaikan jangka pendek nan didorong secara politis.

Kapasitas penyimpanan air negara itu sangat rendah-diperkirakan sekitar 30 hari penyimpanan, jauh di bawah kapabilitas 1.000 hari nan direkomendasikan untuk negara-negara nan kekurangan air. Sistem kanal nan menua dan tidak efisien membocorkan sebagian besar air nan dimaksudkan untuk irigasi, dan hanya ada sedikit pengawasan alias reformasi terhadap nilai dan penggunaan air.

Selain itu, tidak adanya otoritas pengelolaan air terpusat telah menciptakan tumpang tindih yurisdiksi dan fragmentasi kebijakan di antara entitas federal dan provinsi.

Korupsi dan inefisiensi semakin mengikis kepercayaan dan efektivitas. Dana nan dialokasikan untuk proyek pengembangan air sering kali disalahgunakan alias ditunda.

Undang-undang lingkungan ditegakkan dengan lemah, dan kesadaran publik tentang konservasi air tetap minim. Semua aspek ini telah menciptakan kekosongan kebijakan di mana krisis terus memburuk.

Lanjut ke sebelah...


Selengkapnya