ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Salah satu startup Indonesia nan bergerak di sektor budidaya ikan, eFishery sedang dihebohkan dengan dugaan kasus pemalsuan laporan finansial (fraud) nan dilakukan oleh pendirinya Gibran Huzaifah. Lantas gimana kiprak Gibran di eFishery?
Mengutip keterangan dari website ITB, Sabtu (1/2/2025) titik tolak tujuan hidup seorang Gibran Huzaifah dimulai dari tragedi kelaparan nan pernah dia alami dan menemukan tujuannya berkuliah, ialah menjajaki bumi entrepreuneurship di sektor agrikultur untuk mengentaskan kelaparan di Indonesia.
Semasa kuliah dia mau mandiri. Berbagai langkah dia lakukan, dari berdagang donat di depan Masjid Salman, menjadi tutor privat seusai berkuliah, hingga menjadi petugas sebuah minimarket di dekat kampus.
Saat mengikuti mata kuliah Akuakultur, dia mendapatkan inspirasi nan memantik semangatnya untuk berwirausaha. Kemudian, langkah awal Gibran adalah menyewa kolam di wilayah Bojongsoang dengan nilai nan murah untuk satu tahunnya.
Panen pertama dari kolamnya sendiri kala itu berjumlah 130kg, namun sayangnya dia menemukan kesulitan dalam pemasaran hasil panen nan melimpah ruah tersebut. Hingga akhirnya, Gibran memutuskan untuk menjualnya ke toko, dengan akibat berupa untung nan sangat tipis.
Dari kejadian itu, dia memutar otak, mencari jalan agar hasil panen komoditas lele nan didapatkan dapat terjual berapapun ukurannya. Akhirnya lahirlah Dorri Foods Indonesia, hasil olahan lele nan bermulai dari Jalan Tubagus Ismail, lampau merambah membuka beragam cabang.
"Karena hilir nan makin lama semakin berkembang, akhirnya bagian hulu alias bagian budidayanya saya kembangkan. Hingga akhirnya ketika saya lulus, saya mempunyai 76 kolam sendiri," ujarnya.
Selanjutnya, Gibran mulai memikirkan perihal lain, bahwa Indonesia mempunyai banyak kolam namun tidak mempunyai teknologi nan mengatasi masalah pemberian pakan setiap harinya. Seringkali pemberian pakan di kolam tidak optimal lantaran pakan nan terlalu lama larut dalam air hingga menyebabkan nutrisinya menghilang.
Selain dari hilangnya nutrisi pada pakan, masalah lain nan timbul adalah lingkungan. Pada beberapa waduk, polutan terbesarnya bukan berasal dari rumah tangga maupun industri, melainkan dari pakan ikan nan berlebih.
Prototipe pertama dari teknologi pemberi pakan ikan itu berasal dari kandang mobil milik temannya nan tidak terpakai, dimulai dari perintah kendali berupa short message service (SMS) nan mengaktivasi perangkat pemberi makan. Dibutuhkan beberapa kali trial-and-error hingga teknologi nan dia cetuskan berbareng timnya dapat dikomersialkan.
"Dimulai dari hal-hal itulah eFishery bisa maju hingga secanggih sekarang dengan fitur nan bermacam-macam; eFeeder milik kami sekarang bisa dikendalikan dari ponsel pandai pengguna serta terhubung ke sensor nan dapat mendeteksi nafsu makan dari ikan nan dibudidaya," jelasnya.
Hingga akhirnya perusahaan tersebut dapat mencapai status unicorn lewat pendanaan Seri D US$ 200 juta pada 2023 lalu.
Namun, belakangan Ia tersandung kasus nan dinyatakan dari hasil audit belakangan menunjukkan manajemen mempunyai dua laporan finansial nan berbeda sejak 2018, ialah untuk kebutuhan internal dan eksternal.
Berikut adalah info finansial asing nan ditemukan dalam audit oleh pihak eksternal di eFishery:
1. Pendapatan 4 kali lipat
Pada laporan finansial internal, eFishery mengumpulkan pendapatan senilai Rp2,6 triliun selama periode 9 bulan, ialah Januari-September 2024. Sementara itu, laporan finansial eksternal menunjukkan eFishery meraup pendapatan 4,8 kali lebih besar senilai Rp12,3 triliun. Berdasarkan laporan finansial nan diterbitkan untuk pihak eksternal, pertumbuhan pendapatan eFishery melonjak tajam.
Pada 2021 senilai Rp 1,6 triliun, lampau 2022 menjadi Rp 5,8 triliun, dan 2023 menjadi Rp 10,8 triliun, menurut arsip nan diterima detikai.com, dikutip Jumat (31/1/2025). Angka itu berbeda dalam laporan finansial internal nan menunjukkan pendapatan eFishery sebesar Rp1 triliun pada 2021, lampau Rp4,3 triliun pada 2022, dan Rp6 triliun pada 2023.
2. Profit padahal rugi
Laporan internal dan eksternal juga timpang untuk pencatatan keuntungan sebelum pajak. Berdasarkan laporan eksternal, eFishery membukukan keuntungan sebelum pajak senilai Rp261 miliar selama periode Januari-September 2024.
Padahal, jenis laporan internal menunjukkan eFishery justru rugi Rp578 miliar dalam periode nan sama. Sejak 2021 hingga 9 bulan di 2024, laporan eksternal eFishery memperlihatkan pertumbuhan keuntungan sebelum pajak nan positif dan stabil. Berbanding terbalik dengan laporan internal nan menunjukkan perusahaan terus merugi sejak 2021. Kerugian paling parah pada 2022 sebesar Rp784 miliar. Kemudian pada 2023 sebesar Rp759 miliar.
3. Jumlah feeder
Manipulasi nan dilakukan e-Fishery tak hanya dari laporan keuangan, tetapi juga klaim mantan CEO Gibran Huzaifah nan mengaku ke penanammodal bahwa perusahaan mempunyai lebih dari 400.000 akomodasi pakan. Padahal, realita di lapangan hanya sekitar 24.000.
Gibran diduga sengaja memerintahkan penggelembungan biaya modal perusahaan untuk pembelian pakan. Menurut laporan audit, perihal ini untuk menjustifikasi kondisi finansial perusahaan nan terus merosot.
4. Perusahaan palsu
Upaya manipulasi Gibran dan timnya sejak 2018 dilakukan demi memperoleh pendanaan Seri A. Laporan menemukan pada 2022 ada pembentukan 5 perusahaan nan dikendalikan oleh Gibran tetapi atas nama orang lain.
Perusahaan ini berfaedah untuk pencatatan perputaran duit untuk menggenjot pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Pada 2023, Gibran dan beberapa orang lain melancarkan upaya memalsukan dokumen-dokumen pendukung seperti invoice, kontrak, serta pembukuan bodong.
Ganti manajemen
Pada pertengahan Desember, eFishery mengumumkan pengangkatan Adhy Wibisono sebagai CEO interim menggantikan Gibran Huzaifah. Sebelum ditunjuk sebagai CEO, Adhy adalah CFO di perusahaan. Albertus Sasmitra ditunjuk sebagai CFO interim eFishery menggantikan Adhy.
"eFishery saat ini beraksi di bawah kepemimpinan Adhy Wibisono, sebagai Interim CEO, dan Albertus Sasmitra, sebagai Interim CFO. Keputusan diambil berbareng shareholder perusahaan, sebagai bentuk komitmen untuk meningkatkan tata kelola perusahaan nan baik," kata ahli bicara eFishery dalam pernyataan tertulis nan diterima detikai.com.
Dalam pernyataan perusahaan nan diterima, eFishery mengatakan bahwa pihaknya memahami kesungguhan rumor nan sedang beredar, dan memberikan perhatian penuh.
"Kami memahami kesungguhan rumor nan sedang beredar saat ini dan kami menanggapinya dengan perhatian penuh. Kami berkomitmen untuk menjaga standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan dan etika dalam operasional perusahaan," kata ahli bicara eFishery.
(rob/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Adu AI China Vs Amerika: Deepseek & Qwen Vs Chatgpt & Gemini
Next Article Kisah Gibran Gak Makan 3 Hari, Kini Punya Harta Rp 1,59 Triliun