Kenapa Tawuran Remaja Masih Terus Terjadi?

Sedang Trending 14 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, detikai.com --

Aksi tawuran antarremaja di Indonesia kian marak terjadi belakangan. Salah satunya, tawuran pecah di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (4/5) sekitar pukul 19.30 WIB lalu.

Peristiwa ini menyebabkan satu penduduk mengalami luka bacok.

Tawuran warga Manggarai terekam dalam sebuah rekaman video dan beredar di media sosial (medsos).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video itu,  tawuran terjadi di tengah jalan sehingga menghalang arus lampau lintas. Terlihat pula kedua golongan saling melempar batu dan membawa senjata tajam mematikan.

Bukan sekali itu saja tindakan tawuran dipertontonkan di media sosial. Media sosial pun kerap dijadikan arena saling tantang untuk 'bertarung' antara dua golongan remaja.

Salah satunya nan terjadi di Kabupaten Serang, Banten, nan dirilis polisi awal Mei ini. Tawuran antarpelajar SMP itu berasal dari saling tantang via media sosial Instagram.

Mengutip dari Antara, Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko pada Kamis (1/5) lampau menyatakan pihaknya menangkap 11 pelajar terlibat tindakan tawuran di Kampung Pagintungan, Kecamatan Jawilan tersebut. 

"Kami juga memanggil orang tua dari para pelajar nan terlibat tawuran, agar dapat mengetahui perbuatan anaknya," katanya.

Aktualisasi Diri

Kriminolog Universitas Indonesia, Ardi Putra Prasetyo menyatakan tawuran marak lantaran anak muda kurang wadah mengaktualisasikan diri.

"Kenapa mereka tawuran? Karena tidak ada lokus untuk aktualisasi diri," kata Ardi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (6/5).

Ardi menyatakan perihal itu bisa terjadi lantaran sistem sosial nan tidak bekerja dengan baik.

Ia mencontohkan misalnya, anak bandel nan kerap merundung temannya. Ardi menyebut anak itu bisa saja merupakan korban sistem sosial di keluarga, lingkungan, dan/atau sekolahnya.

Ardi pun menyatakan, perihal itulah nan kemudian menyebabkan adanya kejadian kenakalan remaja.

Ia menyebut ketika anak-anak kehilangan tempat untuk mengaktualisasikan diri, mereka berpotensi menyalurkannya ke hal-hal nan negatif.

"Ketika anak kehilangan tempat untuk aktualisasi mereka bakal caper," ujarnya.

Ardi lantas menyatakan untuk menekan nomor kenakalan remaja, maka sosial kontrol haruslah sangat diperhatikan.

Selain itu, anak muda juga kudu dibuat 'sibuk', mengisi waktu mereka dengan aktivitas nan positif.

Ia pun menekankan bahwa dalam membentuk itu, lembaga pendidikan mempunyai peran nan sangat penting.

"Anak diberikan tempat aktualisasi dan dibimbing secara baik," ucap dia.

Peran Penting Pemerintah

Terpisah, pengamat pendidikan Totok Amin Soefijanto menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa untuk mengatasi persoalan.

Namun, dia menyatakan bahwa pendidikan karakter baru satu sisi saja. Ia mencontohkan kenapa para siswa bisa meraih nilai nan tinggi di mata pelajaran. Namun, dalam kesehariannya mereka tak berperilaku baik.

"Kenapa demikian? Karena pemerintah sering menganggap pendidikan karakter adalah soal mata pelajaran, bukan pendidikan nilai-nilai. Kalau pendidikan nilai kudu banyak jalur nan melangkah bersamaan, ialah kognitifnya dengan pengetahuan," kata Totok.

Rektor IMDE (Institut Media Digital Emtek) itu juga menekankan pentingnya lingkungan sekitar anak-anak. Menurutnya, perihal itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak.

Ia menyatakan bahwa mulai dari orang tua hingga sekolah kudu menjadi teladan bagi anak muda.

"Sudahkah kita menciptakan ekosistem nan bagus untuk menanamkan karakter nan baik? Silakan introspeksi diri," ucap dia.

Tindakan tegas

Kemudian, Totok juga menekankan peran lembaga pendidikan dalam perihal ini sekolah nan kudu tegas dalam menindak segala penyimpangan.

"Penerapan ekosistem sekolah nan tidak mentolerir penyimpangan, pungli, korupsi, kekerasan, perundungan, tawuran, dan sejenisnya," ucapnya.

Ia pun menekankan bahwa pemerintah juga kudu mengambil peran dalam menangani persoalan kenakalan remaja.

Totok menyebut pemerintah pun terdiri dari beragam stakeholder nan menaungi soal kenakalan remaja dan pendidikan.

"Mulai dari Kemendikdasmen, Pemda-Pemda, Polri, dan KPAI. Kebijakan menekan nomor kejahatan nan terbaik dengan pencegahan. Siapkan beragam pembinaan dan kampanye antikekerasan dalam corak nan bisa menjangkau anak didik," ucap dia.

"Secara paralel jalankan tindakan nan tegas dan serius terhadap tindak kekerasan. terapkan zero tolerance ke tindakan-tindakan seperti itu," imbuhnya.

Meski begitu, Totok menyatakan bahwa pemerintah tak bisa bekerja sendirian. Mereka kudu bekerja-sama dengan para penggerak, komunitas, dan master di bagian kenakalan remaja alias anak.

(mnf/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya