ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Kejayaan raksasa teknologi AS seperti Tesla dan Nvidia pelan-pelan luntur digantikan raksasa asal China nan kian ambisius.
Tesla menghadapi persaingan sengit dengan BYD asal China. Sepanjang 2024, pendapatan BYD tembus US$107 miliar nan jauh lebih tinggi dibandingkan Tesla nan 'hanya' US$97,7 miliar.
Boikot Tesla nan kian meluas membikin posisi perusahaan kian tertekan. Showroom Tesla digeruduk di mana-mana, aktivitas jual saham dan 'buang' mobil menggema, hingga penjualan merosot tajam di beberapa negara.
Beralih ke Nvidia, raksasa chip AI tersebut sempat mengalahkan Apple sebagai perusahaan paling berbobot di dunia. Selama beberapa kuartal, Nvidia juga selalu melaporkan pertumbuhan nan memecahkan rekor.
Namun, kejayaan Nvidia juga terguncang akibat perang tarif Presiden AS Donald Trump, hingga kemunculan sistem AI DeepSeek asal China nan dikembangkan dengan biaya murah.
Ambisi Robot Humanoid Tesla dan Nvidia
Tesla dan Nvidia juga merupakan raksasa AS nan berlomba-lomba menggarap teknologi robot humanoid. Teknologi ini digadang-gadang sangat krusial untuk perekonomian masa depan.
Robot humanoid merupakan mesin nan dirancang mirip manusia dan berbasis teknologi AI. Skenario penggunaannya banyak, misalnya mengisi pekerjaan di sektor industri dan layanan.
Antusiasme penanammodal terhadap robot humanoid meningkat usai digembar-gemborkan oleh CEO Nvidia Jensen Huang. Awal bulan ini, dia mengatakan bumi bakal menghadapi era baru robotika generalis. Ia juga mengumumkan portofolio robot humanoid terbaru.
Pada aspek manufaktur, proyek robot humanoid Tesla, Optimus, tampaknya menjadi nan terdepan di AS. CEO Elon Musk mengumumkan rencana untuk memproduksi sekitar 5.000 unit tahun ini.
Meskipun rencana ambisius Musk bisa membikin Tesla unggul atas pesaing AS seperti Apptronik dan Boston Dynamics, tetapi persaingan ketat sudah menggelora di China.
China Sudah Duluan
Unitree Robotics nan berkantor pusat di Hangzhou bulan lampau menjual 2 robot humanoid kepada konsumen di platform e-commerce JD.com, menurut media lokal. Sementara itu, startup robotika nan berkantor pusat di Shanghai, Agibot, nan juga dikenal sebagai Zhiyuan Robotics, telah menyamai sasaran Optimus untuk memproduksi 5.000 robot tahun ini, menurut South China Morning Post.
Ketika BYD bisa melampaui pertumbuhan Tesla, para master mengatakan dinamika serupa dapat terjadi pada robot humanoid.
"China berpotensi untuk meniru akibat disruptifnya di EV ke bagian robot humanoid. Namun, kali ini disrupsi tersebut dapat meluas jauh melampaui satu industri, berpotensi mengubah tenaga kerja itu sendiri," kata Reyk Knuhtsen, analis di SemiAnalysis, sebuah perusahaan riset dan kajian independen nan mengkhususkan diri dalam semikonduktor dan AI, dikutip dari CNBC International, Minggu (30/3/2025).
China Menang Harga
Dalam catatan penelitian pada bulan Februari, Morgan Stanley memperkirakan bahwa biaya pembuatan robot humanoid saat ini dapat berkisar antara US$10.000 hingga US$300.000 per unit, mengingat konfigurasi dan persyaratan aplikasi hilir nan berbeda.
Namun, perusahaan-perusahaan China sudah mengalahkan pesaing AS dalam perihal nilai berkah skala ekonomi dan keahlian manufaktur nan unggul, menurut Knuhtsen.
Misalnya, Unitree merilis robot humanoid G1 untuk konsumen pada bulan Mei dengan nilai awal US$16.000. Sebagai perbandingan, Morgan Stanley memperkirakan bahwa biaya penjualan robot humanoid Optimus Gen2 Tesla bisa mencapai sekitar US$20.000, tetapi hanya jika perusahaan tersebut bisa meningkatkan skala, memperpendek siklus penelitian dan pengembangannya, serta menggunakan komponen irit biaya dari China.
Unitree membikin gebrakan besar di bagian robot pada bulan Januari ketika 16 robot humanoid H1 dengan performa tertinggi berasosiasi dengan sekelompok penari manusia untuk merayakan Tahun Baru Imlek dalam sebuah demonstrasi nan disiarkan di televisi nasional.
China Menang Paten
Ada tanda-tanda bahwa kemajuan China dalam bagian robot jauh lebih maju. Catatan penelitian Morgan Stanley pada bulan Februari menemukan bahwa negara tersebut telah memimpin bumi dalam pengajuan paten nan menyebut "humanoid" selama 5 tahun terakhir.
China dilaporkan mempunyai 5.688 paten humanoid alias jauh lebih banyak dibandingkan dengan 1.483 paten dari AS.
Pemain besar seperti Xiaomi dan kreator kendaraan listrik, seperti BYD, Chery, dan Xpeng, juga terlibat dalam bagian robot humanoid.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa China terus menunjukkan kemajuan paling mengesankan dalam bagian robot humanoid. Startup diuntungkan oleh rantai pasokan nan mapan, kesempatan mengambil lokal, dan support pemerintah nasional nan kuat," kata catatan tersebut.
Dukungan Xi Jinping
Beijing semakin mendukung sektor tersebut, tampak dari beragam departemen pemerintah nan mempromosikan pengembangannya. Pada tahun 2023, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi mengeluarkan pedoman untuk robot humanoid, nan menyerukan "produksi dalam skala besar" pada tahun 2025.
Menurut Ming Hsun Lee, kepala penelitian otomotif dan industri China di BofA Global Research, China memandang robot humanoid sebagai industri krusial lantaran potensinya untuk mengurangi ancaman kekurangan tenaga kerja.
"Saya pikir dalam jangka pendek, tiga hingga empat tahun, kita bakal memandang robot humanoid awalnya diterapkan di jalur produksi untuk membandingkan beberapa pekerja, dan dalam jangka menengah, kita bakal memandang mereka secara berjenjang menyebar ke industri jasa," katanya.
Lee mengatakan peningkatan mengambil bakal bertepatan dengan penurunan biaya komponen nan sangat cepat. Ia juga mencatat bahwa China mempunyai sekitar 70% rantai pasokan untuk komponen-komponen robot humanoid.
Menurut laporan SemiAnalysis awal bulan ini, Unitree G1 merupakan "satu-satunya robot humanoid nan layak di pasaran" nan sepenuhnya tidak tergantung dari komponen AS.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa China adalah satu-satunya negara nan diposisikan untuk menuai untung ekonomi dari sistem robot cerdas, termasuk robot humanoid, nan dapat menimbulkan ancaman eksistensial bagi AS lantaran kalah bersaing dalam semua kapasitas.
"Untuk mengejar ketertinggalan, para pemain AS kudu segera memobilisasi pedoman manufaktur dan industri nan kuat, baik di dalam negeri maupun melalui negara-negara sekutu. Bagi Tesla dan perusahaan sejenis, mungkin bijak untuk mulai melakukan reshoring alias 'friendshoring' pengadaan dan manufaktur komponen mereka untuk mengurangi ketergantungan pada China," kata Knuhtsen dari SemiAnalysis.
Analis Bank of America meramalkan dalam catatan penelitian bulan ini bahwa penyebaran robot humanoid bakal meningkat pesat, dibantu oleh pengembangan AI, dengan penjualan tahunan dunia mencapai 1 juta unit pada tahun 2030 dan 3 miliar robot humanoid beraksi pada tahun 2060.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: AS Siapkan Dana Kekayaan Negara untuk Akuisisi TikTok
Next Article China Menggila, Joe Biden Keluarkan Perintah Khusus di Akhir Jabatan