Kawah Asteroid Tertua Dunia Ditemukan, Ubah Iklim Bumi

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Ilmuwan mengkonfirmasi sebuah situs tumbukan asteroid tertua nan diketahui di Bumi. Situs tersebut berada jauh di wilayah Midwest, Australia Barat, tersembunyi di bawah lapisan batuan nan terkikis.

Kawah Yarrabubba, nan berumur 2.229 miliar tahun, mendahului semua struktur tumbukan nan diidentifikasi sebelumnya. Tidak seperti kawah nan lebih muda dan terpelihara dengan baik, Yarrabubba telah terkikis selama miliaran tahun. Ini menjadikan identifikasinya sebagai terobosan signifikan dalam pengetahuan planet.

Kawah Vredefort di Afrika Selatan, nan diperkirakan berumur 2.023 miliar tahun, telah lama dianggap sebagai struktur tumbukan tertua di Bumi. Namun, penelitian baru menempatkan Yarrabubba 200 juta tahun lebih tua, nan dengan membuatnya sebagai situs tumbukan tertua.

Terletak di dekat kota Meekatharra, sekitar 600 kilometer timur laut Perth, kawah ini mempunyai lebar 70 kilometer, meskipun fitur permukaannya nyaris seluruhnya terhapus oleh erosi dan aktivitas tektonik.

Meskipun letak tumbukan pertama kali diidentifikasi pada awal 2000-an, usia pastinya tetap belum pasti.

Sebuah tim mahir pengetahuan bumi dari Curtin University di Australia dan Imperial College London memecahkan misteri ini dengan menganalisis mineral seperti zirkon dan monasit, nan mengandung uranium nan meluruh menjadi timbal dari waktu ke waktu.

Dengan mengukur peluruhan ini menggunakan penanggalan uranium-timbal, para peneliti menentukan bahwa dampaknya terjadi pada 2,229 miliar tahun nan lalu. Temuan ini kemudian dipublikasikan di Nature Communications.

"Hal ini tidak hanya menempatkannya sebagai struktur tumbukan tertua nan diakui, tapi juga menimbulkan pertanyaan menarik tentang gimana tumbukan semacam itu memengaruhi suasana antik Bumi," ujar peneliti utama Chris Kirkland, dikutip dari Daily Galaxy, Jumat (7/3/2025).

Ubah iklim Bumi

Salah satu aspek nan paling luar biasa dari penemuan ini adalah usia kawah nan sesuai dengan akhir glasiasi Huronian, sebuah periode ketika Bumi diselimuti oleh es. Beberapa intelektual beranggapan bahwa peristiwa ini mungkin bukan suatu kebetulan.

Tim peneliti nan dipimpin oleh Thomas Davison dari Imperial College London melakukan simulasi komputer tentang asteroid selebar 7 kilometer nan menabrak Bumi nan diselimuti es dengan kecepatan 17 kilometer per detik.

Model-model tersebut mengungkapkan bahwa akibat seperti itu dapat menguapkan es dalam jumlah besar, menyuntikkan lebih dari 200 miliar ton uap air ke atmosfer.

Uap air adalah gas rumah kaca nan kuat, dan pelepasan nan tiba-tiba ini dapat berkontribusi pada tren pemanasan, membantu menarik Bumi keluar dari pembekuan nan dalam.

"Kami memandang kebetulan nan luar biasa antara usia Yarrabubba dan berakhirnya glasiasi global," kata Nicholas Timms, seorang mahir pengetahuan bumi di Curtin University.

"Jika tumbukan ini melepaskan cukup banyak uap air, mungkin saja perihal ini menyebabkan suasana menjadi lebih hangat," imbuhnya.

Bagi para intelektual planet, temuan ini memunculkan pertanyaan baru tentang gimana tabrakan asteroid mempengaruhi siklus suasana jangka panjang.

Jika tabrakan asteroid dapat berkontribusi dalam mengakhiri era es, apakah tabrakan asteroid di masa depan dapat memicu perubahan suasana nan signifikan.

"Penemuan ini mengingatkan kita bahwa tabrakan asteroid bukan hanya peristiwa bencana," kata Chris Kirkland. "Mereka juga merupakan kekuatan nan kuat dalam perubahan planet."


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Berantas Penipuan BTS Palsu, Komdigi Belajar Dari Singapura

Next Article 211 Ilmuwan Teriak Tanda Kiamat Makin Jelas, Jadwalnya Maju Lagi

Selengkapnya