Kanker Serviks Jadi Silent Killer Di Ri, Begini Cara Deteksinya

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.comKanker serviks adalah penyebab kematian kanker terbanyak kedua pada wanita di Indonesia. Kanker serviks sering disebut "silent killer" lantaran pada stadium awal, penyakit ini seringkali tidak menimbulkan indikasi nan jelas. 

Menurut info Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setiap tahun terdapat sekitar 36.000 kasus baru nan terdeteksi, dan sebagian besar kasus ini baru diketahui pada stadium lanjut. Tak heran nomor kematiannya akibat kanker serviks juga sangat tinggi, ialah 21.000 kematian pada tahun 2020.

Direktur Utama RSK Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo mengatakan, rendahnya tingkat skrining tetap menjadi tantangan besar di Indonesia. Angka partisipasi dalam skrining kanker serviks tetap rendah akibat rasa tidak nyaman, kurang informasi, dan keterbatasan akses jasa kesehatan.

Cara penemuan kanker serviks

Deteksi awal kanker serviks dapat dilakukan melalui beberapa metode, seperti Pap Smear, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), dan tes HPV. Ketiganya dapat dilakukan di akomodasi kesehatan, termasuk Puskesmas. 

Namun, berita baiknya, dengan penemuan terbaru, saat ini penemuan alias skrining kanker serviks bisa dilakukan sendiri di rumah. 

"Melalui metode pengambilan sampel mandiri, kami dapat menjangkau lebih banyak wanita dan mempercepat proses penanganan," ujar dr. Raden Soeko dalam keterangan pers nan diterima detikai.com, Kamis (24/4/2025).

Becton, Dickinson and Company (BD) sukses menciptakan teknologi nan memungkinkan wanita melakukan tes sendiri secara lebih nyaman dan fleksibel. Teknologi ini sebelumnya telah sukses diimplementasikan di negara-negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, nan sekarang mendekati sasaran skrining WHO.

Metode ini dinilai lebih ramah pengguna dibandingkan pemeriksaan konvensional seperti Pap smear.

BD Indonesia berbareng RSK Dharmais dan Kementerian Kesehatan menargetkan skrining terhadap 8.000 wanita di beragam wilayah Indonesia. 

Selain itu, BD juga menyematkan teknologi extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh, nan memungkinkan penemuan jenis HPV secara lebih rinci dan efisien. 

Survei BD terbaru mengungkap bahwa meski 92 persen wanita mengetahui pentingnya penemuan dini, 70 persen menunda pemeriksaan lantaran takut alias merasa tidak nyaman, dan 81 persen mengaku lebih memilih metode pengambilan sampel secara berdikari di rumah.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Resistensi Bisnis Wewangian di Tengah Pelemahan Daya Beli

Selengkapnya