ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Tempat kerja nan tidak kondusif, seperti jenjang karir nan tidak jelas, promosi nan tidak dijalankan dengan sistem merit, hingga adanya kekerasan fisik, membikin tenaga kerja kerap berambisi untuk mengundurkan diri alias resign guna mencari tempat kerja baru.
Rasa jengkel saat resign biasanya dilampiaskan si tenaga kerja dengan perilaku nan kurang bijak seperti asal kabur tanpa berpamitan dengan manajemen, pemimpin langsung, ataupun rekan kerja. Beberapa master pembinaan karir menganggap perilaku ini bisa menjadi catatan jelek untuk jangka panjang di bumi kerja.
Pendiri perusahaan pembinaan karir asal Amerika Serikat (AS) Success Bully, Keita Williams mengatakan, seburuk apapun perilaku perusahaan terhadap karyawannya, sebetulnya kudu ditangani oleh si tenaga kerja dengan bijak saat resign.
Prinsip pengunduran diri nan "harus dibungkus dengan rasa syukur" kata Williams kudu tetap dipraktikan untuk menjaga nilai profesionalitas si tenaga kerja di bumi kerja untuk jangka panjang. Sebab, selalu terselip pengalaman kerja di setiap lembaga tempat tenaga kerja meniti karir.
"Pada saat-saat kekecewaan dan ketidakadilan dan kemarahan nan mendalam, saat itulah kita kudu mempraktikkan prinsip itu," kata Williams dikutip dari CNBC Make It, Minggu (26/1/2025).
Williams mengatakan, setidaknya ada lima kata nan bisa digunakan seorang tenaga kerja untuk resign sembari menjaga profesionalitasnya di bumi kerja, ialah "Terima kasih atas kesempatan ini."
Saat menyampaikan surat resign ke atasan, Willliams juga menawarkan kata-kata ahli nan bisa menjaga relasi dengan setiap perseorangan di perusahaan lama, seperti memfokuskan perspektif pandang pada perolehan pengalaman daripada menyatakan argumen pengunduran diri.
Ucapkanlah, "Terima kasih atas kesempatan ini. Saya belajar [masukkan keahlian nan Anda kembangkan] dan saya telah tumbuh dalam [masukkan pelajaran nan bakal Anda ambil], dan saya berambisi dapat memelihara hubungan kami di masa depan."
Seorang pengajar Universitas Stanford dan master komunikasi Matt Abrahams mengatakan, seorang tenaga kerja bakal terlihat pandai saat resign dengan mengaitkan kepergiannya dengan misi alias gairah jangka panjang.
Ini bisa digambarkan dengan mengungkapkan kegembiraan tentang aspek pekerjaan baru Anda nan tidak disediakan perusahaan sebelumnya.
Namun, mungkin susah untuk tetap tenang ketika Anda sebagai tenaga kerja merasa terus diremehkan di perusahaan lama. Untuk memadamkan pandangan itu, mungkin ada baiknya untuk membingkai ulang tujuan kalimat resign-nya, ialah menjadikan diri sendiri sebagai sebuah merek nan kudu terus dijaga keberlangsungannya.
"Pikirkan diri Anda sebagai merek dan gimana Anda mau dipersepsikan alias diingat," katanya. "Tanggapan Anda dan langkah Anda menangani sesuatu kudu melalui lensa itu."
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini: