ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Munculnya kepintaran buatan (AI) nan memungkinkan orang memproduksi ulasan daring secara sigap dan mendetail tanpa upaya berarti, telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pengusaha.
Selama ini, ulasan tiruan memang telah lama menjadi masalah di banyak e-commerce global, seperti Amazon dan Yelp. Ulasan tersebut biasanya diperjualbelikan dalam grup media sosial tertutup antara makelar ulasan tiruan dan upaya nan bersedia membayar.
Melansir AP News, Sabtu (12/4/2025), tak jarang upaya sendiri nan memprakarsai ulasan tiruan dengan memberi insentif seperti kartu bingkisan kepada konsumen agar meninggalkan ulasan positif. Namun, kemunculan perangkat kreator teks berbasis AI seperti ChatGPT membikin pelaku dapat menghasilkan ulasan tiruan dalam jumlah besar dan waktu singkat.
Praktik menyesatkan ini melanggar norma di Amerika Serikat dan biasanya meningkat menjelang musim shopping liburan. Pada masa tersebut, banyak konsumen sangat berjuntai pada ulasan sebelum membeli hadiah.
Ulasan tiruan berbasis AI sekarang ditemukan di beragam sektor, mulai dari e-commerce, penginapan, restoran, hingga jasa seperti perbaikan rumah, perawatan medis, dan les musik. Perusahaan teknologi dan pengawas berjulukan The Transparency Company menyatakan bahwa mereka mulai mendeteksi lonjakan ulasan AI sejak pertengahan 2023.
Dalam laporan terbarunya, The Transparency Company menganalisis 73 juta ulasan di sektor rumah tangga, hukum, dan kesehatan. Hasilnya, nyaris 14% ulasan terindikasi palsu, dan sekitar 2,3 juta di antaranya diyakini sepenuhnya alias sebagian dihasilkan oleh AI.
"Alat ini sangat berfaedah bagi para penipu ulasan," ujar Maury Blackman, penanammodal dan penasihat perusahaan rintisan teknologi nan bakal memimpin The Transparency Company mulai 1 Januari. Ia ikut meninjau hasil kerja perusahaan tersebut sebelum menjabat secara resmi.
Pada Agustus, perusahaan perangkat lunak DoubleVerify juga melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam aplikasi ponsel dan smart TV nan ulasannya dibuat oleh AI. Ulasan tersebut kerap digunakan untuk menipu pengguna agar menginstal aplikasi rawan nan bisa mengambil alih perangkat alias menjalankan iklan tanpa henti.
Sebulan kemudian, Komisi Perdagangan Federal (FTC) menggugat perusahaan di kembali perangkat penulis AI berjulukan Rytr. FTC menuduh perusahaan tersebut menjual jasa nan berpotensi mencemari pasar dengan ulasan palsu.
FTC menyebut beberapa pengguna Rytr telah menghasilkan ratusan hingga ribuan ulasan tiruan untuk upaya seperti jasa perbaikan pintu kandang mobil dan penjual tas bermerek tiruan. Pada tahun ini, FTC juga secara resmi melarang praktik jual beli ulasan palsu.
CEO Pangram Labs, Max Spero, menyatakan, perangkat lunak penemuan AI miliknya sukses mengidentifikasi ulasan AI nan muncul di posisi teratas hasil pencarian Amazon. Menurutnya, ulasan tersebut sangat terstruktur dan tampak meyakinkan sehingga bisa mengecoh sistem peringkat.
Namun, menentukan keaslian ulasan tetap menjadi tantangan. Amazon menyebut pihak luar sering kandas mengidentifikasi penyalahgunaan lantaran tidak mempunyai akses ke sinyal info internal.
Pangram Labs mengaku telah melakukan penemuan untuk sejumlah situs besar, namun Spero enggan menyebut nama lantaran terikat perjanjian kerahasiaan. Ia juga meneliti secara independen situs seperti Amazon dan Yelp.
Di Yelp, banyak komentar AI tampak ditulis oleh akun nan mau memperoleh lencana "Elite". Lencana ini memungkinkan pengguna menghadiri aktivitas eksklusif dan dipercaya meningkatkan kredibilitas akun.
Peneliti sekaligus mantan interogator pidana federal, Kay Dean, menyebut bahwa pelaku ulasan tiruan mengincar lencana tersebut agar profil mereka terlihat lebih nyata. Strategi ini diyakini memperbesar kemungkinan ulasan mereka dipercaya oleh pengguna lain.
Meski demikian, tidak semua ulasan buatan AI berkarakter menipu. Sebagian konsumen mungkin menggunakan AI untuk mengekspresikan pendapat nan jujur.
Beberapa pengguna juga mengaku memakai AI demi memastikan tata bahasa mereka benar, terutama mereka nan bukan penutur original bahasa Inggris. Dalam perihal ini, AI dinilai dapat membantu meningkatkan kualitas ulasan secara informatif.
"Kalau niatnya baik, AI bisa membikin ulasan jadi lebih informatif," kata Sherry He, guru besar pemasaran dari Michigan State University nan meneliti ulasan palsu. Ia menyarankan agar platform teknologi lebih konsentrasi pada pola perilaku pelaku kejahatan alih-alih membatasi penggunaan AI secara umum.
Peneliti menyarankan agar konsumen tetap waspada terhadap ulasan nan terlalu positif alias terlalu negatif. Kalimat nan terlalu sering mengulang nama produk alias model juga bisa menjadi petunjuk.
Namun, riset Balázs Kovács, guru besar di Yale, menunjukkan, banyak orang susah membedakan ulasan manusia dan ulasan AI. Detektor AI pun kerap kesulitan jika teks nan dianalisis terlalu pendek.
Pangram Labs menambahkan bahwa ulasan AI condong panjang, terstruktur, dan banyak menggunakan frasa kosong alias klise. Contoh frasa tersebut antara lain "hal pertama nan saya perhatikan" dan "benar-benar mengubah hidup."
(dce)
Saksikan video di bawah ini: