ARTICLE AD BOX
tim | detikai.com
Kamis, 16 Jan 2025 22:50 WIB
Jakarta, detikai.com --
Militer Israel tetap terus membombardir wilayah Gaza hingga menewaskan puluhan orang dalam sehari, meski gencatan senjata baru saja diumumkan.
Melansir CNN, laporan dari otoritas setempat menggambarkan pengeboman tanpa henti di wilayah tersebut pada Rabu (15/1) dan Kamis (16/1). Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 77 orang, dan 21 di antaranya adalah anak-anak dan 25 orang wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Israel menunda pemungutan bunyi kabinet mengenai perjanjian gencatan senjata dan menuding Hamas mengingkari sebagian kesepakatan. Kendati demikian, Hamas menegaskan bahwa mereka berkomitmen penuh untuk melakukan gencatan senjata.
Kendati demikian, tidak ada indikasi bahwa kesepakatan tersebut gagal. Faktanya, Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer mengatakan bahwa pemerintahan Joe Biden sepenuhnya mengharapkan kesepakatan gencatan senjata dan penyerahan sandera dilaksanakan pada Minggu.
Namun, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dari Partai Zionis sayap kanan, nan merupakan merupakan bagian krusial dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menakut-nakuti bakal keluar dari koalisi pemerintahan jika PM tidak kembali bertempur setelah tahap pertama perjanjian. Langkah ini bakal berpotensi meruntuhkan pemerintahan Israel.
Warga Palestina di Jalur Gaza sekarang dihantui kekhawatiran usai milisi Hamas dan Israel sepakat melakukan gencatan senjata pada 19 Januari mendatang.
Dilansir dari Al Jazeera, situasi di Gaza saat ini bercampur antara suka cita dan kekhawatiran.
Pasalnya, sejumlah orang senang lantaran Israel sejenak lagi bakal menghentikan serangan. Namun demikian, sejumlah orang lain resah bahwa Israel bakal memanfaatkan waktu-waktu terakhir untuk mengintensifkan serangan di Jalur Gaza.
Berdasarkan perjanjian, Hamas dan Israel bakal memulai gencatan senjata pada 19 Januari mendatang. Gencatan senjata bakal berjalan dalam tiga fase, di mana fase pertama berjalan selama 42 hari.
Fase pertama mencakup pembebasan sandera perempuan, anak-anak, dan lansia, serta penghentian serangan hingga masuknya lebih banyak support kemanusiaan.
Fase kedua, bermaksud mengakhiri perang, termasuk pula pembebasan sandera laki-laki oleh Hamas sebagai tukar atas dibebaskannya sejumlah tahanan Palestina dari penjara Israel.
Fase ketiga, pemulangan jenazah maupun sisa-sisa tubuh sandera serta penerapan rencana rekonstruksi Gaza.
(tim/dmi)