ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu buka-bukaan soal besarnya kesempatan Indonesia mendatangkan investasi. Berkaca dari aliran modal nan masuk ke area Asia Tenggara pada 2024, Indonesia belum bisa meraupnya secara optimal.
Dari investasi sebesar US$ 240 miliar alias sekitar Rp 4.032 triliun (kurs Rp 16.800) ke Asia Tenggara, Indonesia memperoleh US$ 39 miliar alias Rp 655 triliun. Sementara Vietnam mendapat porsi cukup besar ialah US$ 156 miliar alias Rp 2.620 triliun.
"Di tahun 2024, dari US$ 240 miliar nan masuk di wilayah area Asia Tenggara, itu kontribusi nan masuk ke Vietnam itu sekitar US$ 156 miliar. Kita hanya kebagian sekitar US$ 39 miliar," jelas Todotua dalam detikaicom Indonesia Investment Talk Series di Jakarta, Senin (28/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, investasi berkedudukan krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Vietnam misalnya nan ekonominya melesat di nomor 7,04% berkah masifnya investasi nan masuk ke negaranya.
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% dalam kurun waktu lima tahun. Sektor investasi diharapkan bisa memberikan dorongan nan ditargetkan menyentuh Rp 13.032 triliun dalam 5 tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
"Kalau kita memandang info di tahun 2024, salah satu negara tetangga kita itu Vietnam, itu sekarang sudah masuk ke nomor pertumbuhan ekonomi mereka di nomor 7,04%, dan itu signifikan sumbangsihnya berasal daripada arus investasi nan masuk di negara mereka," tutur Todotua.
Untungnya, Indonesia mempunyai kekuatan nan potensial untuk menarik para investor. Berbagai mineral krusial tersimpan di Bumi Pertiwi nan bisa dikembangkan dan memberikan nilai tambah ke negara.
"Kita punya sumber daya alam mineral nan cadangannya cukup signifikan, baik itu bisa kita bicara nikel, kita adalah pemilik persediaan nikel terbesar di dunia, kita ada bauksit, timah, copper, emas, banyak variabelnya," imbuhnya.
Di sisi lain, pemerintah juga bakal konsentrasi mengembangkan hilirisasi sejumlah sektor strategis nan dapat dikerjasamakan dengan pemodal. Hilirisasi sektor strategis itu berpotensi mendatangkan investasi hingga US$ 618 miliar.
"Sektor hilirisasi ini macam-macam nan saya bilang tadi, bahwa kita sudah mempunyai suatu roadmap alias peta jalan terhadap hilirisasi itu. Sektor komoditi mineral, batu bara, oil and gas, perkebunan, agrikultur pertanian, perikanan. Dan ini sudah kita hitung bahwa ini ada potensi sekitar US$ 618 miliar dolar nan bisa kita develop," tutup Todotua.
(ily/ara)