Imbas Tarif Impor Trump, Hyundai Potong Gaji Bos-tawarkan Pensiun

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Produsen baja asal Korea Selatan, Hyundai Steel, mengumumkan penerapan status manajemen darurat imbas terganggunya rantai produksi perusahaan hingga patokan tarif impor nan dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.

Salah satu outlet media Korea Selatan, Dong-A Ilbo, melaporkan dengan penerapan status manajemen darurat ini Hyundai Steel dapat melakukan beragam langkah dan upaya pemotongan biaya.

Salah satunya adalah pengurangan penghasilan sebesar 20% untuk semua pelaksana namalain personil dewan dan komisaris. Selain itu anak upaya Hyundai Motor Group tersebut juga melakukan penyederhanaan perjalanan upaya ke luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perusahaan juga mempertimbangkan untuk menerima aplikasi pensiun sukarela dari semua karyawan," tulis Dong-A Ilbo dalam laporannya, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Diketahui produsen baja pertama di Korea Selatan ini memang tengah menghadapi beragam tantangan internal maupun eksternal. Salah satunya mengenai gangguan pada rantai produksi perusahaan lantaran pemogokan nan dilakukan serikat pekerja.

"Sejak September (2024), Hyundai Steel telah menghadapi kesulitan dalam negosiasi bayaran dengan serikat pekerja. Perusahaan mengusulkan bingkisan keahlian sekitar 26,5 juta won per tenaga kerja secara rata-rata, tetapi serikat pekerja menolak tawaran tersebut dan melanjutkan pemogokan," terang Dong-A Ilbo.

Dalam perihal ini serikat pekerja menuntut bingkisan keahlian tambahan di tingkat Hyundai Motor Group. Namun perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan serikat pekerja lantaran situasi keuangannya menyulitkan untuk meningkatkan bonus.

Kemudian perusahaan baru-baru ini juga susah mengurangi operasi di Pabrik Pohang Nomor 2. Kemudian mereka juga menerima aplikasi pensiun sukarela dari staf teknis di pabrik Pohang dan aplikasi transfer untuk penugasan kembali ke pabrik Dangjin dan Incheon.

"Penurunan industri bangunan domestik telah mengurangi permintaan untuk baja pelat berat, nan selanjutnya memperburuk kondisi pasar," papar oulet media itu.

Masih belum cukup, banjirnya produk baja murah asal China turut menggerogoti pangsa pasar Hyundai Steel. Membuat produk nan mereka hasilkan semakin tidak laku dan meningkatkan kekhawatiran bakal operasional perusahaan mendatang.

"Sebagai tanggapan, pemerintah telah memutuskan untuk mengenakan bea antidumping pada baja pelat berat China dan telah menyelidiki produk baja canai panas China dan Jepang," terang Dong-A Ilbo.

Bak jatuh tertimpa tangga, terakhir Hyundai Steel perlu melakukan efisiensi anggaran perusahaan lantaran menurunnya daya saing ekspor imbas kebijakan pengenaan tarif 25% Trump pada produk baja dari Korea dan negara-negara lain nan bertindak mulai Rabu (12/3) kemarin.

"Lebih jauh, kekhawatiran atas daya saing ekspor meningkat saat Presiden Trump mengenakan tarif 25% pada produk baja dari Korea dan negara-negara lain pada hari Rabu," katanya.

(eds/eds)

Selengkapnya