ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 17,24 poin alias 0,27% ke level 6.421,03 pada penutupan sesi I hari ini, Senin (21/4/2025).
Sebanyak 259 saham naik, 293 turun, dan 246 tidak berubah. Nilai transaksi siang ini terbilang sunyi alias Rp 5,11 triliun nan melibatkan 9,45 miliar saham dalam 601.976 kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor berada di area merah. Finansial mengalami penurunan paling dalam, ialah 0,88%. Lalu diikuti konsumer non-primer (-0,81%) dan daya (-0,8%).
Sementara itu, sektor nan menjaga IHSG adalah bahan baku nan naik 1,28%, teknologi naik 0,84%, dan utilitas 0,43%.
Saham nan menjadi pemberat utama adalah BBCA yang hingga sesi I hari ini turun 1,76%. Saham BBCA berkontribusi -10,24 indeks poin terhadap penurunan IHSG. Selain BBCA, nan menjadi pemberat IHSG hari ini adalah BBRI yang menyumbang -7,66 indeks poin dan DSSA -6,26 indeks poin.
Kontras, saham DCII menjadi penggerak utama IHSG siang ini. DCII naik 4,71% dan berkontribusi 9,33 indeks poin.
Adapun perdagangan pasar finansial pada hari ini tetap bakal diwarnai sejumlah sentimen baik dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri info neraca jual beli nan berhujung bulan lampau bakal dicermati, termasuk keahlian ekspor dan impor.
Sementara dari luar negeri, tarif trump tetap membayangi prospek perdagangan dan pasar menanti pengaruh dari hasil negosiasi nan sudah dilakukan pekan lalu.
Selain hari ini, sejumlah sentimen krusial pekan ini juga bakal menjadi perhatian investor, terutama keputusan BI mengenai suku bunga.
Kemudian, hari ini Senin (21/4/2025), Bank Sentral China alias PBoC bakal mengumumkan kebijakan suku kembang negaranya. Di tengah memanasnya perang jual beli dengan AS, rapat PBoC bulan ini sangat ditunggu-tunggu lantaran pasar dunia menunggu antisipasi bank sentral China dalam meredam akibat tarif Trump.
China diperkirakan bakal mempertahankan suku kembang pinjaman acuannya tidak berubah pada periode April 2025 menurut survei Reuter. Akan tetapi pasar bertaruh pada lebih banyak stimulus nan bakal segera diluncurkan dalam menghadapi perang jual beli antara China dengan Amerika Serikat (AS) nan meningkat.
Para kreator kebijakan kudu melangkah di atas tali nan ketat lantaran yuan telah berada di bawah tekanan setelah serangan tarif Presiden AS Donald Trump, sementara margin kembang nan menyusut pada pemberi pinjaman terus membatasi ruang lingkup pelonggaran moneter.
Suku kembang pinjaman utama (LPR), nan biasanya dibebankan kepada pengguna terbaik bank, dihitung setiap bulan setelah 20 bank komersial nan ditunjuk mengusulkan usulan suku kembang kepada Bank Rakyat China (PBOC).
Dalam survei Reuters terhadap 31 pengamat pasar nan dilakukan minggu ini, 27, alias 87% dari semua responden memperkirakan LPR satu tahun dan lima tahun bakal tetap stabil, sementara empat peserta lainnya memproyeksikan penurunan 10 hingga 15 pedoman poin pada suku kembang lima tahun.
Sebagian besar pinjaman baru dan nan beredar di China didasarkan pada LPR satu tahun, sementara suku kembang lima tahun memengaruhi nilai hipotek.
Diketahui China terakhir kali memangkas suku kembang kebijakannya pada bulan September dan LPR referensi pada bulan Oktober.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RI Kirim Tim Negosiasi ke AS, IHSG Melejit Lebih Dari 1%
Next Article IHSG Ambruk Lagi, Turun Lebih dari 1%