Hulk Hogan Meninggal Gegara Henti Jantung, Apa Bedanya Dengan Serangan Jantung?

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jakarta -

Pegulat legendaris WWE Hulk Hogan meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhirnya di usia 71 tahun.

Diketahui, Hogan meninggal lantaran henti jantung saat berada di rumah sakit. Sebelum kematiannya, dia sempat menjalani operasi akibat latihan beban berat selama bertahun-tahun.

Dikutip dari Mayo Clinic, henti jantung alias cardiac arrest adalah berhentinya aktivitas jantung akibat irama jantung nan tidak teratur. Kondisi henti jantung berbeda dengan serangan jantung. Lantas, apa bedanya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beda Henti Jantung dan Serangan Jantung

Henti Jantung

Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Erta Priadi Wirawijaya, SpJP, menjelaskan henti jantung adalah kondisi jantung secara tiba-tiba berakhir berdetak. Hal ini terjadi lantaran adanya masalah listrik pada jantung nan menyebabkan gangguan irama tidak teratur.

"Kondisi ini akhirnya membikin jantung tidak bisa memompa darah ke otak, paru-paru, alias organ lain. Dalam hitungan detik, seseorang bakal kehilangan kesadaran tidak bernapas," terang dr Erta pada detikaicom beberapa waktu lalu.

"Tanpa penanganan, kematian bisa terjadi dalam hitungan beberapa menit," sambungnya.

Gejala henti jantung berkarakter langsung dan parah, nan meliputi:

  • Pingsan mendadak.
  • Tidak ada degub nadi.
  • Tidak ada tanda pernapasan.

Terkadang, indikasi lain muncul sebelum henti jantung mendadak, seperti:

  • Sesak napas.
  • Lemah.
  • Detak jantung cepat, berdebar-debar, alias berdebar-debar nan disebut palpitasi.

Namun, henti jantung mendadak seringkali terjadi tanpa peringatan alias gejala.

Serangan Jantung

Sementara itu serangan jantung umumnya tidak langsung membikin pasien meninggal dunia. Pasien bisa mengalami sejumlah gejala, seperti nyeri dada hebat, keringat dingin, mual, dan muntah.

Di samping itu, indikasi serangan jantung biasanya bakal berjalan selama beberapa jam, hari, alias minggu sebelum serangan terjadi.

"Biasanya serangan jantung itu tidak membikin jantung berakhir berdebar dan tetap bisa memompa darah. Tapi, semakin lama tidak ditangani, bakal semakin besar kerusakannya," jelas dr Erta.

Dikutip dari Science Alert, umumnya serangan jantung disebabkan penyumbatan arteri koroner. Sebanyak 75 persen kasus diakibatkan aterosklerosis alias kondisi saat jaringan lemak dan fibrosa menumpuk di tembok arteri koroner, sehingga membentuk plak.

Plak itu akhirnya menyumbat pembuluh darah alias dalam beberapa kasus memicu pembentukan bekuan darah. Kondisi ini terjadi dalam proses nan panjang, nan biasanya berangkaian dengan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, stres, gen, dan pola makan.

Selain itu, aspek lainnya nan memicu serangan jantung, ialah tegang arteri koroner, trauma dada, alias kondisi nan menyebabkan kurangnya aliran darah ke otot jantung.

(sao/kna)


Selengkapnya