Heboh Ada Belatung Di Menu Lele Mbg Muntilan, Sppg Buka Suara

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Viral di media sosial sebuah video makan bergizi cuma-cuma (MBG) di salah satu sekolah di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang ada belatungnya.

Pihak sekolah mengenai telah mengonfirmasi bahwa video viral itu adalah kejadian di lokasinya. Sekolah pun mengaku sudah menghubungi pihak dapur nan menyediakan MBG buat murid-murid di sekolah tersebut.

"Kalau kejadian itu, jelas itu kejadian di sini (SMK Pangudi Luhur Muntilan). Kita tidak pernah mau menutupi, tadi dari dua kawan dari pihak (dapur MBG). Anak-anak sudah kita konfirmasi, meskipun dari pihak MBG konfirmasi ke dapur, kemungkinan-kemungkinan bukan (miliknya)," kata Kepala SMK Pangudi Luhur Muntilan, Br Totok Tri Nugroho kepada wartawan, Jumat (25/7) seperti dikutip dari detikJateng.

Dalam video tersebut, memperlihatkan lele nan tinggal durinya tampak ada belatungnya. 

"Ya, boleh saja, tetapi kami kan meyakini anak-anak. Ini lele dari dapur MBG, saya pikir kita fair. Intinya, kan butuh evaluasi. Ini program nan bagus, nan perlu didukung, tapi rupanya perlu tindak lanjut evaluasi. Tidak hanya pertimbangan di dapur MBG, tapi di kami juga evaluasi," sambung Totok.

Dia mengaku peristiwa itu sudah melaporkan kepada panitia penyuplai MBG di sekolah. Totok pun mengimbau temuan itu menjadi pertimbangan semua pihak, termasuk mengenai penggunaan tempat makan.

Totok menyebut usai menerima MBG para siswa seakan tergesa-gesa untuk mengonsumsinya. Sebab, ada pemisah waktu pengembalian tempat makan alias tepaknya.

"Karena tepaknya (tempat makan MBG) hanya dikasih waktu 1,5 sampai 2 jam kudu kembali. Mestinya kejadian itu, dari kelas (tepak dikumpulkan) sisanya dipindahi. Untuk ke depan, jika ada apapun tidak beres, tepak agar tetap menjadi peralatan bukti, rekam jejaknya," imbuhnya.

"Lha kemarin (Kamis) sudah dilaporkan sama panitia bahwa itu fakta. Tapi, ideal lagi agar MBG punya bukti tepak kudu disendirikan. nan namanya human error itu, dapur di sini [Muntilan] 3.400, lha jika lele sebanyak itu digoreng bareng-bareng, verifikasi mateng durung kan belum ngerti. nan kedua, jenis dapur sana itu bukan lelenya lantaran tidak ada kepalanya, tapi faktanya ada [belatungnya] yang diterima anak," sambung Totok.

Sementara itu, Koordinator MBG SMK Pangudi Luhur Muntilan, Retno Wilis, mengatakan rincian menu MBG pada Kamis (24/7) lampau di sekolah tersebut adalah nasi, lele, pisang, tahu, dan sayur wortel.

"Diantar pukul 10.30 WIB, terus diambil pukul 13.30 WIB," katanya.

Totok mengatakan program MBG di SMK Pangudi Luhur Muntilan itu mulai berjalan sejak awal bulan ini dengan total siswa 501 anak.

Setelah kejadian tersebut, pihaknya memberikan edukasi kepada para siswanya, khususnya untuk bermedia sosial nan baik. Pihaknya juga memberikan kritik kepada pengelola MBG di Muntilan, termasuk ke sekolah itu.

"Kita juga memberikan kritik sama pengelola MBG. Kalau kita juga bakal antisipasi, jika kemarin ambil terus dimakan. Sekarang (anak-anak makan) ditemani di kelas. Sehingga kejadiannya langsung bisa diantisipasi, jika perlu didokumentasi, cukup dokumentasi. Kalau memviralkan itu, menurut saya seorang pembimbing kudu dipertimbangkan kehati-hatiannya, lantaran media sosial itu jika sudah di-up-nya nututi angel," tuturnya.

"Prinsip sekolah ini mendukung program pemerintah khususnya MBG, dan kita bakal mencoba untuk memperbaiki, memberikan masukan, salah satunya itu tentang lele itu kayaknya bukan komponen nan cocok untuk MBG. Karena tidak dibelah (masaknya), gorengnya mungkin belum matang maka sehingga jika betul ada hewannya itu (belatung) dia belum mati. Sudah meninggal enggak apa-apa," imbuh Totok.

Penjelasan SPPG Muntilan

Terpisah, mitra SPPG Muntilan dari Yayasan Al Fath Islamic Center Muntilan pun buka suara. Penanggung jawab SPPG tersebut, Eko Praharjono, mengatakan pihaknya mempertanyakan dan sedang melakukan penjelasan dengan pihak sekolah.

"Konten seperti itu apa memang betul-betul itu lauk lele dari kita (MBG) alias tidak, itu kita lagi penjelasan ke sekolah. Hasilnya seperti apa, kita belum tahu," kata Eko.

"Cuma, jika dari kita, ini masaknya sudah standar, SOP. Kemudian, dari prosesnya masak tidak sampai disimpan alias apa, tidak. Jadi, betul-betul fresh, baru dimasak, kemudian dikirim. Jadi untuk jadi ulat itu kayaknya butuh proses panjang sebetulnya, tapi kok rupanya ada itu. Kita, tetap menjelaskan ke sumbernya," tambahnya.

Eko mengonfirmasi bahwa pihaknya memproses MBG unuk 3.400 porsi untuk 36 sekolah nan ada di muntilan dari tingkat TK hingga SMA/SMK. Namun, pihaknya mempertanyakan soal temuan ulat hanya ada satu kasus.

"Kok nan kejadian hanya satu. Ini, apa betul (lagi klarifikasi)," ujarnya.

"Sejak kemarin (sore kami tahu viral). Begitu viral. Penginnya, pembimbing juga kooperatif jika ada kayak gitu, kudu disertakan bukti bisa langsung mengklarifikasi. Karena masak 3.400 nan kejadian hanya satu," sambungnya.

Lebih lanjut, merujuk video viral nan menunjukkan ulat di MBG Muntilan tersebut, Eko mengaku pihaknya menilai menu tersebut berbeda dengan nan diproses pihaknya.

"Tapi, jika dilihat dari tekstur lele nan divideokan dengan lele punya kita kriterianya sangat berbeda. Kita tidak terlalu besar (lelenya), sama tetap ada separuh kepalanya. Kalau di konten itu, kok kayaknya agak besar dan tidak ada kepalanya. Itu, jenis kita, kita tidak memihak diri. Cuma, ini kan baru diklarifikasi," katanya.

(kid/wis)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya