ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menjelang Lebaran, nilai kelapa parut melonjak tajam hingga nyaris dua kali lipat dibandingkan nilai normal. Kenaikan ini disebabkan lantaran stok kelapa parut terbatas.
Berdasarkan pantauan detikaicom di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu (28/3), nilai kelapa parut di setiap pedagang berbeda-beda, ada nan Rp 17.000 per butir hingga Rp 20.000 per butir.
Hery (35), seorang pedagang kelapa parut di Pasar Senen sekarang menjual kelapa parut per sebesar Rp 20.000 per butir. Kemudian ketika sudah menjadi santan harganya menjadi Rp 35.000. Ia mengatakan nilai ini sudah naik nyaris 100%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenaikan nyaris 100% dari nilai normal. Biasanya kan hanya Rp 8.000. Sekarang itu Rp 17.000-20.000 per butir. Kalau santan Rp 35.000 per kg," katanya.
Hery mengatakan kenaikan nilai ini bukan lantaran momen Lebaran saja, namun lebih kepada stok kelapa nan terbatas. Ia mengatakan stok terbatas tersebut lantaran saat ini pemasok kelapa dari Palembang lebih mengutamakan ekspor dibandingkan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Ini kenaikan terjadi lantaran ekspor. Bukan lantaran lebaran, tapi saingannya sama ekspor," katanya.
Akibatnya, kata Hery, penjualan kelapa parut turun. Biasanya jelang Lebaran, dia bisa menjual kelapa parut per harinya 500 butir. Kini dia hanya bisa menjual sekitar 200an kelapa.
"Biasanya itu per hari itu 500 butir. Sekarang itu kalo mahal begini setengahnya lah. Mungkin mereka lari ke bikin soup daripada bikin rendang, kelapanya mahal," katanya.
Haji Dani (46) pedagang kelapa parut lainnya, menyebut nilai kelapa parut saat ini bukan mengalami kenaikan harga, melainkan sudah sudah pindah harga. Pasalnya kata Dani, nilai kelapa dari bandar sekarang sudah lebih dari Rp 10.000 per butir, padahal sebelumnya hanya sekitar Rp 5.200.
'Kita ngejual Rp 15.000, dulu mah dari bandar hanya Rp 5.200an dijual Rp 7.000. Ini tuh udah pindah harga, bukan naik lagi," katanya.
Kondisi ini turut dirasakan oleh pembeli, Hilda. Ia mengatakan sebenarnya kenaikan nilai kelapa ini cukup memberatkan. Hal ini lantaran dia kudu lebih dalam lagi untuk merogoh saku celananya untuk membeli kelapa parut.
Meski mengaku keberatan dengan kenaikan harga, dia tetap membeli kelapa parut sesuai kebutuhannya untuk memasak hidangan Lebaran. Ia juga tidak mengurangi pembelian kelapa parut.
"Biasanya Rp 13.000 sudah dapat, sekarang Rp 20.000. Sebenarnya keberatan, hanya ini momen lebaran mau nggak mau ya kudu beli buat bikin makanan (Rendang)," katanya.
(ara/ara)