Fenomena "hutan Hantu" Bermunculan Di Amerika, Ini Sebabnya

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Fenomena "hutan hantu" alias ghost forests semakin meluas di pesisir timur Amerika Serikat (AS) seiring dengan kenaikan permukaan air laut. Di sepanjang Teluk Chesapeake, pesisir Atlantik, pohon-pohon cedar dan pinus nan meninggal berdiri menjadi bukti nyata dari perubahan ekosistem pesisir nan semakin cepat.

Sejak akhir abad ke-19, wilayah pesisir ini terus kehilangan vegetasi pohon akibat air asin nan meresap ke dalam tanah. Tanah nan lebih asin mematikan jutaan pohon, meninggalkan lanskap berupa batang kayu tanpa kulit nan biasanya dikelilingi oleh rawa-rawa.

Menurut mahir ekologi pesisir dari George Washington University, Keryn Gedan, kejadian ini sebagian besar dipicu oleh naiknya permukaan laut dan pergeseran tabel air tanah nan memungkinkan air asin masuk jauh ke dalam daratan. Akibatnya, pohon-pohon mengalami stres hingga akhirnya meninggal lantaran kekurangan air tawar.

Namun, para peneliti menekankan, perubahan dari rimba menjadi rawa tidak selalu merupakan musibah ekologis. Rawa asin tetap memberikan beragam faedah krusial bagi lingkungan, seperti menyerap karbon dioksida, menjadi kediaman bagi burung dan hewan laut, serta melindungi wilayah daratan dari angin besar besar.

"Rawa-rawa ini menyimpan karbon dalam jumlah besar dan berfaedah sebagai tembok alami terhadap badai," kata master ekologi dari North Carolina State University, Marcelo Ardón dikutip dari Live Science, Senin (28/4/2025).

Meski demikian, tidak semua rawa baru bisa menggantikan keahlian rimba dalam menyimpan karbon. Studi di Semenanjung Albemarle-Pamlico menunjukkan, rimba rawa nan dipenuhi pohon bald cypress dan cedar putih Atlantik mempunyai kapabilitas penyimpanan karbon nan lebih tinggi dibandingkan rawa nan menggantikannya.

Selain itu, tidak semua perubahan menghasilkan ekosistem baru nan sehat. Ketika banjir air asin terjadi terlalu cepat, rawa tidak sempat terbentuk dan tanah berubah menjadi lumpur. Dalam beberapa kasus, tanaman invasif seperti phragmites alias sejenis alang-alang non-asli mengambil alih dan kemudian menggantikan tanaman rawa original nan lebih ramah terhadap satwa lokal.

Sejak 1985, sekitar 11% area rimba di Suaka Margasatwa Alligator River, Carolina Utara, telah berubah menjadi rawa. Di sekitar Teluk Chesapeake sekitar 150 mil persegi rimba telah beralih bentuk sejak pertengahan 1800-an.

Untuk memperlambat tren ini, para intelektual menekankan pentingnya menanggulangi perubahan suasana dan memperlambat kenaikan permukaan laut. Namun perubahan penuh dari rimba hidup menjadi lanskap "hantu" ini butuh waktu puluhan tahun.

"Kita sebenarnya tetap 50 tahun tertinggal untuk memandang dampaknya sepenuhnya," ujar master ekologi rimba dari University of Maryland Eastern Shore, Stephanie Stotts.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Resistensi Bisnis Wewangian di Tengah Pelemahan Daya Beli

Selengkapnya