Es Bawa Kengerian, Ilmuwan Teriak Tanda Bencana Besar

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Suhu Bumi kian menghangat. Hal ini berakibat pada keberadaan es laut nan dilaporkan makin berkurang.

Data dari jasa perubahan suasana Copernicus, Uni Eropa menyebut es laut mencapai titik terendahnya pada Februari 2025 dibandingkan periode nan sama tahun lalu.

Sebagai informasi, kehilangan es laut berakibat pada lingkungan. Mulai dari organisasi manusia dan satwa liar nan ada di sekitarnya.

Dampak lainnya juga mempercepat pemanasan dunia nan lebih jauh. Sebab laut bakal mencerminkan sinar mentari nan lebih terang daripada es.

Tren suhu memang terus mengalami kenaikan dan lebih hangat. Para intelektual dari Copernicus telah mengumumkan Januari menjadi bulan paling hangat.

Pada bulan Februari juga tak kunjung membaik. Saat itu rata-rata suhu mencapai 1,59 derajat Celcius, dikutip dari Live Science, Selasa (11/3/2025).

Angka tersebut lebih hangat dari tingkat pra industri alias perkiraan suhu rata-rata tahun 1850-1900 serta di atas dari Perjanjian Paris sebesar 1,5 derajat Celcius.

Live Science melaporkan suhu Bumi konsisten di atas sasaran tersebut. Februari 2025 menjadi bulan ke-19 nan lebih panas dari 1,5 derajat Celcius.

Peningkatan suhu lebih panas dari Perjanjian Paris sudah terjadi sejak tahun lalu. Pada 2024 juga tercatat sebagai tahun terpanas sejak tingkat pra-industri.

Kutub Utara juga kian menghangat. Dilaporkan suhunya menghangat empat kali lebih sigap dari nan terjadi di seluruh dunia.

Live Science melaporkan menghangatnya Kutub Utara disebabkan es laut nan mencair. Pada 2 Februari, pemanasan ekstrem dilaporkan membikin suhu di Arktik hingga 20 derajat celcius.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Berantas Penipuan BTS Palsu, Komdigi Belajar Dari Singapura

Next Article 211 Ilmuwan Teriak Tanda Kiamat Makin Jelas, Jadwalnya Maju Lagi

Selengkapnya