Ekspor Tanaman Hias, Desa Di Bogor Sumbang Devisa Negara

Bogor -

Sebuah desa di Kabupaten Bogor bisa berdagang tanaman hias sampai keluar negeri dan menyumbang devisa negara. Sungguh siapa sangka.

Usai separuh jalan menuju ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak, detikFinance tiba di Kantor Desa Sukamantri, Ciomas, Kabupaten Bogor. Sekretaris Desa Sukamantri, Fuja Aditiya membujuk naik ke lantai 2. Dengan bersemangat, dia bercerita soal asal mula Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama Muda Sejahtera nan berdiri pada 2021 silam.

Kata Fuja, BUMDes Desa Sukamantri ini meliputi beberapa bagian usaha. Ada perdagangan tanaman hias, LPG 3 kg, pengolahan tahu dan 6 green house.

"Semuanya dalam tahun nan sama di 2021. Pada saat awal itu memang kita betul-betul injak gaspol. Mana saja nan punya rekanan dan relasi, kita coba ajukan proposal. Karena kita saat itu perintis," kata Fuja.

Pada 2021 ada biaya Rp 3 miliar dari APBN, biaya itulah nan kata Fuja menjadi 6 green house. 4 Greenhouse ada di lahan kebun percobaan Institut Pertanian Bogor (IPB) 2 greenhouse ada di lahan BUMDes. Menurut Fuja, upaya tanaman hias memang menguntungkan.

"Semua upaya ya kudu cuan. Tapi jika dilihat pada saat 2021-2023 itu tanaman hias," kata Fuja.

Besarnya upaya tanaman hias Desa Sukamantri

Bisnis UMKM tanaman hias di Desa Sukamantri tidak main-main. Produk tanaman hias mereka sudah dieskpor dan menghasilkan devisa negara sampai menarik perhatian Wapres Ma'ruf Amin saat itu, menurut Fuja.

"Kenapa kita tahun 2021 dapat anggaran Rp 3 miliar itu lantaran nan disampaikan Maruf Amin itu ada sumbangsih ke devisa negara dari penjualan tanaman hias. Itu dari 1 desa, Sukamantri," kata Fuja dengan bangga.

Masyarakat Desa Sukamantri sejak awal kata Fuja sudah berorientasi ekspor, memanfaatkan booming tanaman hias saat Pandemi COVID-19. Saluran promosi menggunakan beragam langkah termasuk jualan online dan media sosial. Tanaman hias sudah menjadi klaster UMKM di Desa Sukamantri.

"Dari awal mereka sudah pakai media sosial, promosi-promosi. Pelatihan dan lain-lain. Dan nan paling efektif itu pembuatan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)," kata Fuja.

Gapoktan berkoordinasi dengan BUMDes nan berfungi menjamin pasar dan koordinator. BUMDes bisa menerima biaya dari pihak luar untuk membantu Gapoktan. Sebaliknya ketika Gapoktan untung, hasilnya bisa disetor sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes). Ekspor tanaman hias dari Desa Sukamantri sampai ke benua lain.

"Negara itu mulai Asia, Eropa sampai Amerika. Sekarang juga masih, tapi tidak semelejit saat pandemi," kata Fuja.

Bisnis tanaman hias dari para pelaku UMKM di Desa Sukamantri nan dihimpun dalam Gapoktan, ditambah lagi dengan pabrik tahu dan BUMDes, totalnya menciptakan banyak lapangan kerja. Fuja menyebut ada 6 pengurus BUMDes, 3 pelaksana jualan gas LPG dan 18 pegawai pabrik tahu.

"Untuk tanaman hias ada 36 golongan tani. Misalnya satu golongan ada 4-5 orang tinggal dikalikan saja," kata Fuja.

Jadi Desa BRILian

Sepak terjang membanggakan dalam upaya tanaman hias membikin Desa Sukamantri menjadi Desa BRILian dalam program Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kata Fuja, sedari awal memang pihaknya sudah menjadi pengguna BRI, lampau kemudian ada proses penjajakan dan penilaian sehingga mereka menjadi Desa BRILian.

"Dan memang juga punya potensi, kita coba ikutkan program Desa BRILian. Terus ada Universitas Sebelas Maret, ngasih training dari manajemen, packaging, wah banyak. Mereka lihat lahan kita juga," kata Fuja.

Menurut Fuja, Desa Sukamantri tembus ke 15 besar terbaik Desa BRILian batch 3 tahun 2024. Data dari desa nan dilihat detikFinance menunjukkan PADes Rp 15 juta dari jenis upaya di Desa Sukamantri dari total pendapatan desa Rp 4.883.061.233.

Saat ada rayuan keliling desa, detikFinance tidak melewatkannya. Usaha tanaman hias Desa Sukamantri bukan isapan jempol. Penulis dibawa menyusuri sentra tanaman hias Desa Sukamantri dimana ada jejeran puluhan UMKM sepanjang jalan berdagang tanaman hias, termasuk di area itu adalah Kebun Percobaan IPB. Wow, bukan main!

Faktor perangkat desa dan perguruan tinggi

Secara terpisah, detikFinance bertanya kepada master BUMDes Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Desti Fitriani. Dia menilai support kuat perangkat desa dan kerjasama dengan perguruan tinggi menjadi kunci sukses aktivitas UMKM tanaman hias dan BUMDes di Desa Sukamantri, Ciomas, Kabupaten Bogor.

"Jadi rata-rata memang BUMDes nan berkembang pesat itu memang nan mempunyai support nan kuat dari perangkat desa, khususnya dari kepada desa," kata peneliti BUMDes di Bogor, Yogyakarta dan Lombok ini.

Kehadiran kampus IPB melalui kebun percobaan dan juga training dari kampus UNS, dinilai Desti juga penting. Perguruan tinggi punya peran signifikan membantu BUMDes.

"Kalau dengan perguruan tinggi kolaborasinya tentu pada peningkatan kapabilitas nan dirasakan kurang dan tidak bisa diberikan oleh pemerintah. Jadi memang kudu ada kerja sama kerjasama dengan universitas untuk melengkapi kebutuhan itu," pungkasnya.

(fay/hns)