Ekspor Produk Alat Kesehatan Ri Tembus Rp 4,58 T

Sedang Trending 16 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai ekspor perangkat kesehatan pada 2024 mencapai US$ 273 juta alias Rp 4,58 triliun (kurs Rp 16.800). Selain itu transaksi produk alkes di e-katalog meningkat 48% pada tahun 2024.

"Selain itu, info ekspor perangkat kesehatan juga mengalami peningkatan sejak tahun 2019, di mana ekspor perangkat kesehatan pada tahun 2024 lebih dari US$ 273 juta," ungkap Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan dalam keterangan tertulis, Senin (28/4/2025).

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta menyebut industri perangkat kesehatan mempunyai potensi besar dalam memacu perekonomian nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Industri perangkat kesehatan merupakan salah satu sektor nan masuk kategori high demand. Kondisi ini perlu dimanfaatkan dengan baik dan optimal, termasuk untuk mewujudkan kemandirian Indonesia di sektor industri perangkat kesehatan," kata Setia.

Melihat potensi industri perangkat kesehatan di Indonesia, berasas info SIINas, saat ini sudah ada 393 perusahaan perangkat kesehatan nan terdaftar memproduksi beragam produk perangkat kesehatan, antara lain produk tempat tidur rumah sakit, perangkat suntik, tensimeter, elektromedik, ventilator dan lain sebagainya.

Untuk memperkuat ekosistem industri perangkat kesehatan, Kemenperin telah melakukan kajian mengenai penguatan bahan baku melalui pembentukan Hub Bahan Baku Alat Kesehatan.

Inisiatif ini bermaksud untuk menjembatani kebutuhan bahan baku dalam negeri dengan para produsen lokal, sehingga industri dalam negeri bisa lebih berkekuatan saing dan memberikan akibat ekonomi nan lebih besar secara nasional.

Sebagai bagian dari perangkat kesehatan elektromedis, ultrasonografi (USG) mempunyai banyak kegunaan dalam bagian medis, mulai dari memantau perkembangan janin selama kehamilan hingga mendeteksi masalah pada organ tubuh. Sehingga saat ini keberadaan industri USG dalam negeri bakal mendukung kemandirian perangkat kesehatan nasional.

Dalam pengembangan sebuah produk, produk USG merupakan produk nan kompleks, memerlukan kerjasama lintas disiplin, mulai dari elektronika, permesinan, kedokteran, software, precision engineering, hingga uji klinis dan sertifikasi medis.

"Serta tahapan pengembangan produk nan panjang mulai dari kreasi awal, prototipe, pengujian, produksi, distribusi, instalasi dan training terhadap tenaga kesehatan (user)," ujar Solehan.

Menurutnya, Kemenperin mengapresiasi industri dalam negeri seperti GE Healthcare nan telah sukses menghadirkan produk USG secara mandiri. Ini menunjukkan bahwa keahlian industri nasional semakin siap naik kelas.

Di samping itu, Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin juga gencar mendorong penguatan industri komponen lokal, agar produk USG ini tidak hanya dirakit di Indonesia, tetapi betul-betul tumbuh dari ekosistem dalam negeri.

"Selanjutnya adalah pemanfaatan teknologi digital dan manufaktur cerdas, agar kualitas dan efisiensi produksi dapat ditingkatkan. Pada akhirnya bakal meningkatkan kemitraan dengan sektor riset dan pendidikan tinggi, agar penemuan terus mengalir dan tidak berakhir di satu generasi produk saja," papar Solehan.

Menurutnya, Kemenperin menyadari tetap banyak tantangan nan dihadapi pelaku industri perangkat kesehatan dalam negeri, misalnya kesiapan bahan baku lokal khususnya untuk bahan baku medical grade nan perlu terus ditingkatkan.

Selanjutnya, skala produksi nan kudu didorong agar kompetitif secara ekonomi, melalui ekspansi pasar, baik domestik maupun ekspor, nan memerlukan support izin seperti insentif bagi industri dan promosi bersama.

(ily/ara)

Selengkapnya