Dulunya Sangat Terkenal, 4 Perusahaan Ini Sudah Bangkrut Di Ri

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, detikai.com - Sejumlah perusahaan raksasa pernah mengalami masa jaya pada zamannya, tapi sekarang mereka ambruk dengan beragam penyebab.

Salah satu aspek nan membikin perusahaan ambruk lantaran adanya utang dalam jumlah besar.

Tercatat ada sejumlah perusahaan raksasa nan mengalami ambruk di Indonesia. Berikut 4 perusahaan raksasa nan bangkrut, dikutip dari Detikcom, Rabu (29/1/2025).

1. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA)

PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) merupakan perusahaan teh nan telah berdiri sejak 1973. Perusahaan nan terkenal dengan produk teh celupnya ini dinyatakan pailit pada 2018 silam.

Sariwangi dinyatakan pailit lantaran tak bisa bayar angsuran angsuran utang ke Bank ICBC Indonesia. Diketahui total utang Sariwangi ke Bank ICBC saat itu mencapai US$ 20.505.166 alias sekitar Rp 316 miliar.

Unilever sendiri hanya membeli merek Sariwangi, bukan perusahaannya pada 1989 lalu. Meski sebagai pemegang merek Sariwangi, Unilever tetap mengambil pasokan dari SAEA.

2. Nyonya Meneer

Nyonya Meneer adalah perusahaan jamu terkenal di Tanah Air. Meski bisnisnya sudah besar, sayangnya Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang pada 2017 lalu.

Ada sejumlah aspek nan menyebabkan upaya Nyonya Meneer goyah, mulai dari perselisihan internal family penerus, beban utang nan sangat besar, hingga kurangnya penemuan dalam produk-produknya.

Pada 8 Juni 2015 lalu, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) antara debitur dan 35 kreditur dinyatakan sah oleh pengadil di Pengadilan Niaga Semarang.

Dalam perkara ini, pihak Hendrianto Bambang Santoso nan merupakan salah satu kreditur asal Sukoharjo, menggugat pailit Nyonya Meneer lantaran tidak menyelesaikan utang sesuai proposal perdamaian. Hendrianto hanya menerima Rp 118 juta dari total utang sebesar Rp 7,04 miliar.

3. 7-Eleven (Sevel)

Convenience store ini begitu terkenal di era 2010-an lantaran menyajikan beragam makanan dan minuman, salah satunya Slurpee. Namun sayang, Sevel tak memperkuat lama di Tanah Air.

Pada 2017 lalu, 7-Eleven resmi dinyatakan pailit. Anak upaya PT Modern Internasional Tbk (MDRN) itu menutup seluruh gerai Sevel di Indonesia. Alasan utamanya lantaran besarnya biaya operasional nan kudu dikeluarkan.

4. Kodak

Bagi Anda pecinta fotografi tentu sudah tidak asing dengan merek nan satu ini. Kodak telah berdiri sejak 1892 dan merupakan salah satu perintis di industri fotografi.

Sayangnya, nama besar Kodak kudu sirna lantaran resmi dinyatakan pailit sejak 2012 lalu. Kodak tak bisa bersaing dengan para pesaing nan menawarkan produk digital di tengah kemajuan teknologi nan sangat pesat. Selain itu, Kodak juga enggan berinovasi untuk bisnisnya agar bisa meraih cuan.

Penyebab Umum Perusahaan Bangkrut

Ada sejumlah aspek umum nan membikin perusahaan mengalami bangkrut, baik itu perusahaan mini ataupun besar. Dilansir situs OCBC, berikut penyebabnya:

1. Utang nan Menggunung

Faktor nan pertama dan paling banyak dialami perusahaan ialah lantaran terlilit utang. Terlalu banyak utang dengan tingkat kembang nan tinggi dapat membebani perusahaan.

Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan kudu melakukan pembayaran kembang nan besar, sehingga sangat menyulitkan perusahaan dalam mencapai untung (laba) nan cukup untuk menutupi utang tersebut.

2. Manajemen nan Buruk

Faktor lainnya bisa disebabkan oleh manajemen perusahaan nan buruk. Soalnya, manajemen nan kurang kompeten dalam menyusun manajemen strategis, termasuk perencanaan keuangan, operasional, dan pengelolaan sumber daya dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian hingga berujung bangkrut.

Perusahaan sebesar apapun bisa mengalami ambruk jika nomor penjualan terus menurun secara signifikan. Hal tersebut bisa mengganggu perusahaan dalam mencapai sasaran untung bersih.

Menurunnya nomor penjualan juga bisa disebabkan oleh sejumlah hal, seperti persaingan upaya nan ketat, kurangnya promosi, tidak mau berinovasi, hingga perubahan lingkungan.

4. Ekonomi Global sedang Tidak Stabil

Selain aspek internal, perusahaan bisa mengalami ambruk lantaran ekonomi dunia nan sedang tidak stabil. Saat perekonomian dunia menurun maka dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sehingga upaya ikut melemah.

Dalam kondisi itu, banyak masyarakat nan lebih memilih untuk menyimpan duit di tabungan daripada membelanjakannya. Contohnya saat pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, efeknya terhadap perekonomian sangat besar sehingga banyak perusahaan gulung tikar.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Aturan Baru DHE SDA Bikin Minat Hedging Korporasi Naik

Next Article Tupperware Terancam Bangkrut, Begini Kabar Terbarunya

Selengkapnya