Dukun Palsu Pembunuh Ibu Anak Dalam Toren Di Tambora Jakbar

Sedang Trending 11 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Polisi telah menetapkan Febri Arifin (FA), laki-laki usia 31 nan mengaku dukun pengganda duit sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan ibu-anak di dalam toren di Jakarta Barat.

Sebelumnya polisi mengusut dugaan kasus  pembunuhan ibu berinisial TSL (59) dan anaknya, ES (35) nan ditemukan tewas dalam toren air di Tambora, Jakarta Barat.

Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Twedi Aditya Bennyahdi mengatakan tersangka merupakan tetangga korban dan sudah saling mengenal sejak tahun 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai tetangga dan sudah rutin meminjam duit sejak 2021 hingga 2025, nan berjanji dipulangkan dengan langkah mencicil," kata Twedi kepada wartawan, Kamis (13/3).

Kepada korban, tersangka juga mengaku sebagai seorang dukun pengganda duit dan perihal itu dipercayai korban.

Selain itu, kepada korban tersangka juga mengaku mempunyai kawan berjulukan Kris Maryoto nan merupakan dukun pencari jodoh. Namun, sosok Kris Maryoto ini sebenarnya adalah tersangka, bukan orang lain.

Pada 1 Maret 2025, tersangka dan korban sepakat untuk melakukan ritual penggandaan duit dan pencarian jodoh di rumah korban. Ritual pencarian jodoh tersebut dilakukan untuk korban ES nan belum kunjung menikah.

Sekitar pukul 12.00 WIB, Febri tiba di rumah korban dengan membawa beragam macam peralatan untuk ritual penggandaan duit dan pencari jodoh. Dengan argumen kelancaran ritual, Febri meminta dua korban untuk berada di ruangan terpisah. TSL di ruang tengah, sementara ES di bilik mandi.

"Tetapi pada saat proses menggandakan uang, terlalu lama, dan tidak berhasil. Akhirnya, korban (TSL) marah-marah kepada pelaku dan juga mencaci maki pelaku," tutur Twedi.

Perkataan TSL itu pun membikin tersangka tersinggung dan emosi.

Tersangka lantas mengambil besi nan ada di dalam kotak peralatan dan langsung memukul kepala korban. Pukulan itu membikin korban terjatuh ke belakang. Setelahnya, tersangka lantas menyeret korban ke bilik tidur.

"Pada saat di kamar, korban pertama (TSL) tetap terlihat sadar, sehingga dipukul kembali untuk nan kedua kalinya oleh pelaku. Pada saat itulah korban tersungkur, kemudian ditarik di lantai, dan ditindih menggunakan lututnya, dan dicekik oleh pelaku sampai meninggal dunia," tutur Twedi.

Tak berhenti, tersangka kembali mencekik leher korban dengan tali rafia untuk memastikan nan berkepentingan sudah tewas. Selanjutnya, tersangka membersihkan darah di lantai dan menutup pintu bilik nan berisi jasad TSL.

Usai melakukan aksinya, tersangka kemudian kemudian keluar dan berdiri di depan rumah korban. Ia pun memikirkan langkah agar anak korban tak mengetahui bahwa sang ibu telah tewas.

Setelah 15 menit berselang, tersangka kembali masuk ke dalam rumah dan mengambil besi nan sebelumnya digunakan untuk memukul TSL, lampau mendekati ES di dalam bilik mandi.

Febri langsung memukul kepala ES menggunakan besi. Namun, pukulan itu tidak langsung membikin korban meninggal dunia.

Korban ES pun sempat berteriak meminta tolong, berambisi penduduk setempat mendengar dan datang menolongnya. Namun, tersangka kembali memukul kepalanya dan mencekiknya hingga tewas.

Setelah menghabisi nyawa dua korban, tersangka lantas memikirkan langkah untuk menyembunyikan jasad mereka.

"Akhirnya mempunyai buahpikiran untuk menyembunyikan korban-korban di dalam toren. Korban dipindahkan dan diseret dari bilik mandi secara bergantian, kemudian dimasukkan ke dalam toren," ucap Twedi.

Selanjutnya, tersangka kembali mendapatkan sebuah buahpikiran untuk membikin lampu di dalam rumah terlihat mengalami gangguan. Ide ini muncul lantaran Ronny (32), anak TSL sekaligus adik ES, nan saat itu sedang berada di luar rumah.

Tersangka kemudian menggunakan ponsel ES untuk menghubungi Ronny dengan berpura-pura menjadi ibunya dan mengabarkan bahwa ada gangguan listrik di rumah. Lalu, sekitar pukul 17.48 WIB, Ronny kembali ke rumah dan berjumpa dengan tersangka. Namun, Ronny tidak mengenali tersangka mengingat rumah sedang gelap gulita.

"Karena kondisinya saat itu rumahnya gelap dan pelaku menggunakan masker. Pada saat ditanya, 'ibu saya ke mana?'. Pelaku menjawab, '5 menit nan lalu, ibu berbareng kakak ke luar rumah'," kata Twedi.

Ronny pun mempercayai perkataan tersangka itu. Lalu, pada pukul 18.56 WIB, Ronny pergi keluar rumah dengan sepeda motor, sementara tersangka tetap berada di dalam kediaman korban.

Setelah Ronny pergi, tersangka langsung meninggalkan rumah korban dan mengambil duit senilai Rp50 juta milik korban, nan sebelumnya dijanjikan untuk digandakan.

Ronny kemudian pergi ke tanggul di Kalijodo untuk membuang pipa besi nan sebelumnya digunakan menghabisi nyawa korban. Lalu, pada 2 Maret 2025 pukul 04.00 WIB, tersangka pulang ke Banyumas menggunakan sepeda motor.

Namun, rencana tersangka kabur itu rupanya sia-sia. Sebab, pada Minggu (9/3), tersangka akhirnya diringkus di sebuah waduk di Banyumas.

Atas perbuatannya, tersangka dijeray Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, dan/atau Pasal 339 KUHP tentang Pembunuhan nan Disertai Tindak Pidana Lain.

Sebelumnya, ibu berinisial TSL (59) dan anaknya, ES (35) ditemukan tewas dalam penampungan air (toren) di Tambora, Jakarta Barat pada Jumat (7/3) awal hari.

"Dua wanita ditemukan sudah meninggal di dalam toren dalam rumah. (Diduga) korban pembunuhan," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat AKBP Arfan, Sabtu (8/3).

(dis/dal)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya