Dubes Afrika Selatan Diusir As Karena Dituduh Benci Trump

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com

Sabtu, 15 Mar 2025 11:40 WIB

Amerika Serikat mengusir Duta Besar Afrika Selatan untuk AS, Ebrahim Rasool, lantaran dituduh secara blak-blakan mengatakan tidak suka Presiden Donald Trump. Washington usir Dubes Afsel untuk AS, Ebrahim Rasool. (Getty Images via AFP/DONALD BOWERS)

Jakarta, detikai.com --

Amerika Serikat mengusir Duta Besar Afrika Selatan untuk AS, Ebrahim Rasool, karena dituduh secara blak-blakan mengatakan tidak suka Presiden Donald Trump.

Pengumuman itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Jumat (14/3) waktu setempat melalui akun X.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Duta Besar Afrika Selatan tidak lagi diterima di negara kami nan luar biasa," tulis Rubio dalam akun X.

Rubio kemudian menegaskan bahwa Rasool adalah "politikus penghasul tentang isu-isu rasial nan membenci Amerika dan Presiden AS."

"Kami tak perlu lagi berbincang dengannya dan kami memutusan Persona Non Grata terhadapnya," lanjut Rubio.

Rubio sembari menyertakan tautan buletin dari buletin kaum konservatif AS Breitbart nan memuat pernyataan Rasool.

"Dia mengatakan bahwa supremasi kulit putih nan memotivasi Trump 'tidak menghormati' patokan hegemonik bumi saat ini, demikian Breithart melaporkan.

Tindakan mengusir dubes oleh AS, sesuatu nan langka terjadi, merupakan buntut dari ketegangan hubungan antara Pretoria dan Washington, dikutip dari AFP.

Trump sebelumnya memutuskan untuk membekukan support kemanusiaan ke Afsel pada Februari. Ia kemudian mengutip undang-undang di negara itu nan dinilainya problematis lantaran berkesempatan mengusir petani kulit putih dari tanah mereka.

Trump kembali memantik kemarahan Afsel dengan menyatakan bahwa penduduk di negara itu disambut datang ke AS dengan mengulangi tuduhan bahwa Pretoria menyita tanah-tanah milik petani kulit putih.

"Setiap petani (dan keluarganya) dari Afrika Selatan nan mau pergi dari negara itu demi argumen keamanan, kami undang ke Amerika Serikat dengan jalur sigap memberi kewarganegaraan," ungkap Trump melalui akun media sosial miliknya Truth Social.

Salah satu penduduk Afsel nan diberikan privilese tinggal di AS adalah sekutu Trump, Elon Musk. Ia pernah menuduh pemerintahan Presiden Afsel Cyril Ramaphosa memberlakukan patokan rasial mengenai kepemilikan tanah di negaranya.

Kepemilikan tanah tetap menjadi masalah nan pelik di Afsel dengan sebagian besar lahan tetap dimiliki orang-orang kulit putih, tiga dasawarsa setelah penghapusan politik apharteid. Pemerintah Afsel pun terus menghadapi tuntutan agar segera melakukan reformasi agraria di negara itu.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 bulan lalu, Ramaphosa mengatakan sempat mempunyai komunikasi nan banget baik dengan Trump.

Namun setelah itu, dia menyebut bahwa hubungannya "berada sedikit di luar jalur."

(bac)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya