ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com --
Menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jared Kushner, diklaim mempunyai upaya miliaran dolar AS mengenai dengan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat, Palestina.
Perusahaan berjulukan Affinity Partners itu, telah mendapatkan miliaran dolar dari biaya investasi negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab sejak didirikan pada 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Januari lalu, hanya beberapa pekan setelah menerima pendanaan tambahan dari Otoritas Investasi Qatar (QIA) dan sebuah perusahaan investasi berbasis di Abu Dhabi, Affinity menyelesaikan pembelian nyaris 10 persen saham di Phoenix Financial.
Phoenix adalah perusahaan jasa finansial Israel nan menyediakan jasa asuransi dan manajemen aset, serta mempunyai saham di beragam perusahaan Israel lainnya, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaannya, Phoenix Investment House.
Middle East Eye mengungkap melalui liputan investigasimya bahwa Phoenix mempunyai kepemilikan saham di 11 perusahaan publik dan satu perusahaan swasta nan masuk dalam daftar badan upaya nan mengenai dengan pemukiman terlarangan Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan.
Daftar ini disusun oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR). Perusahaan-perusahaan ini bergerak di beragam sektor, termasuk perbankan, telekomunikasi, transportasi, energi, teknik, dan ritel.
Menurut info Bursa Efek Tel Aviv, total nilai kepemilikan Phoenix di 11 perusahaan publik tersebut mencapai sekitar USD 4,5 miliar. Affinity sendiri menyatakan bahwa para investornya berkarakter pasif dan tidak terlibat dalam operasional Phoenix alias upaya lainnya.
Jared Kushner, nan dikenal mempunyai hubungan dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, memainkan peran krusial dalam perumusan Abraham Accords. Kedekatan itu membuka hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab.
Ia secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap investasi di Israel dan berambisi ada normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi di masa depan.
Pengadilan Internasional (ICJ) telah menyatakan pada Juli tahun lampau bahwa kehadiran dan tindakan Israel di Tepi Barat melanggar norma internasional dan kudu segera diakhiri. Namun, Israel terus melakukan operasi militer besar-besaran di wilayah tersebut, termasuk serangan terhadap Jenin dan Tulkarm sejak awal tahun ini, nan merupakan serangan terbesar dalam dua dasawarsa terakhir.
PBB telah memperingatkan bahwa fakta-fakta nan diciptakan di lapangan semakin mendekati rencana Israel untuk mencaplok Tepi Barat.
Dukungan negara-negara teluk terhadap Affinity
Organisasi pemantau upaya nan beraksi di pemukiman terlarangan menyebut bahwa tidak mengejutkan jika penanammodal sebesar Phoenix mempunyai saham di perusahaan-perusahaan nan terlibat dalam ekspansi pemukiman. Namun, nan menjadi perhatian adalah keterlibatan negara-negara Teluk, terutama nan belum menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel.
Hal ini bertentangan dengan sikap publik mereka nan menentang kebijakan Israel di Tepi Barat. Misalnya, pada Oktober lalu, hanya beberapa minggu sebelum Otoritas Investasi Qatar berinvestasi di Affinity, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menyatakan bahwa Israel sengaja memperluas "agresinya" di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana lama mereka lantaran memandang kelonggaran dari organisasi internasional.
Sebulan kemudian, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengecam seruan dari golongan sayap kanan Israel untuk mencaplok Tepi Barat, dengan menyebutnya sebagai tindakan nan merusak upaya perdamaian dan mendorong ekstremisme.
Di sisi lain, pada Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab "mengutuk dan mengecam dengan keras" serangan Israel terhadap Jenin, serta menyerukan penghentian praktik terlarangan nan menghalang solusi dua negara.
Organisasi kewenangan asasi manusia Palestina, Al-Haq, mendesak negara-negara Teluk untuk tidak terlibat dalam proyek normalisasi dengan Israel dan melakukan uji tuntas secara ketat terhadap investasi mereka guna memastikan bahwa mereka tidak mendukung genosida dan pengusiran penduduk Palestina.
Peran phoenix dalam upaya di pemukiman ilegal
Daftar perusahaan nan terlibat dalam aktivitas pemukiman terlarangan Israel nan diinvestasikan oleh Phoenix mencakup beragam sektor, mulai dari keuangan, telekomunikasi, konstruksi, energi, ritel, dan transportasi.
Phoenix juga mempunyai saham di Elbit Systems, produsen senjata terbesar di Israel, meskipun perusahaan ini tidak masuk dalam daftar PBB.
Menurut Noam Perry, koordinator penelitian strategis untuk American Friends Service Committee, sangat susah bagi penanammodal institusional seperti Phoenix untuk menghindari keterlibatan dalam upaya pemukiman terlarangan lantaran ekonomi Israel telah mengintegrasikan pemukiman tersebut secara sistematis.
Dengan investasi besar nan terus mengalir, keterlibatan upaya Jared Kushner dalam perusahaan nan mengenai dengan pemukiman terlarangan Israel semakin memperjelas kompleksitas hubungan politik dan ekonomi di Timur Tengah.
(tis/bac)