ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merespons pernyataan salah seorang penduduk nan menyapanya dengan julukan Pak Presiden. Politikus Gerindra itu langsung menyanggah dan menegaskan support pada Presiden saat ini, Prabowo Subianto.
"Terima Kasih Pak Presiden, Eh sorry pak. Tapi Mudah-mudahan Amin Pak..” ucap penduduk tersebut, nan diunggah di channel Youtube Kang Dedi Mulyadi.
Ucapan penduduk itu pun langsung di bales oleh Dedi. Dengan mimik wajah serius, dengan menegaskan bahwa presiden nan dia dukung adalah Prabowo Subianto.
Ucapan Dedi Mulyadi ini pun membikin kaget sejumlah warga.
"Presiden saya Prabowo Subianto. Dua periode!,” tegas laki-laki nan biasa disapa Kang Demul ini.
"Saya lagi mimpi Pak..” jawab penduduk tersebut dengan logat suku batak.
"Aku tahu orang sana (batak) suka berpolitik,” timpal Kang Demul sembari tertawa.
Ucapan Demul ini pun langsung disambut oleh penduduk lainnya dengan iringan tawa.
Menkomdigi Meutya Hafid berbareng Gubernur Jawa Barat mensosialisasikan Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak alias PP Tunas.
Dedi Mulyadi Sosok Poluler
Sebelumnya, Pengamat politik dari UIN Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, menyebut Dedi Mulyadi sebagai salah satu kepala wilayah nan saat ini paling populer. Namun, dia menekankan bahwa klaim tersebut tetap perlu dibuktikan melalui hasil survei nan terpercaya.
Burhanuddin menyampaikan bahwa secara patokan normatif, kesempatan Dedi untuk maju sebagai calon presiden di Pilpres 2029 cukup terbuka.
"Intinya, patokan nan ada saat ini memungkinkan siapa pun, termasuk kader partai nan punya calon sendiri, untuk maju," ujar dalam sebuah tayangan podcast.
Meski begitu, dia menyoroti posisi Dedi sebagai kader Partai Gerindra, nan sudah menyatakan support permanen terhadap Prabowo Subianto.
"Pertanyaannya, apakah Gerindra bakal rela jika ada kadernya maju lewat partai lain? Tentu saja tidak. Tapi kan ini tetap jauh, dan Gerindra sudah mengunci support lewat koalisi tetap," jelas Burhan.
Manuver Partai Dongkrak Suara Dedi Mulyadi?
Ia menambahkan, langkah politik Dedi Mulyadi ke depan sangat dipengaruhi oleh dinamika politik nan bakal mulai memanas pada 2027, ketika partai-partai biasanya mulai membikin manuver.
"Bagi Kang Dedi Mulyadi, ini juga menjadi ujian loyalitas. Kalau kelak ada partai nan mendekatinya, apakah dia tergoda alias tetap setia pada partainya?"
Namun demikian, Burhan mencatat bahwa hingga sekarang belum ada hasil survei elektabilitas Dedi Mulyadi nan dirilis secara publik dan bisa dijadikan acuan.
"Banyak nan menyebut nama KDM dalam obrolan WhatsApp, baik di kalangan ibu-ibu maupun bapak-bapak. Tapi sejauh ini belum ada survei andal nan menunjukkan berapa banyak masyarakat nan bersedia memilihnya," ungkapnya.
Ujian Kesetiaan
Burhan menutup pernyataannya dengan mengatakan bahwa keputusan Dedi untuk maju di Pilpres 2029 bakal menjadi ujian besar antara kesetiaan pada partai alias panggilan dari rakyat.
"Saat ini mungkin dia belum berani memutuskan, tapi kelak bakal ada saatnya dia kudu memilih. Apakah dia cukup berani untuk maju, apalagi jika itu berfaedah kudu berhadapan dengan bosnya sendiri, Prabowo?" katanya.