ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta Pemerintah China berambisi Presiden ke-47 Amerika Serikat Donald Trump memilih untuk bekerja sama dengan Tiongkok, bukan konfrontasi.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat.
Donald Trump pada Senin (20/1/2025) pukul 12:02 siang waktu Washington DC telah mengambil sumpah kedudukan di Capitol Rotunda, Washington DC.
"Kedua negara bakal memperoleh untung dari kerja sama dan menuai kerugian dari konfrontasi, itulah nan ditunjukkan oleh sejarah hubungan China-AS," kata Mao Ning dalam konvensi pers di Beijing pada Senin (20/1/2025), dilansir Antara.
"Kami selalu percaya bahwa perkembangan hubungan China-AS nan mantap, sehat, dan berkepanjangan bakal melayani kepentingan berbareng kedua negara dan merupakan perihal nan diharapkan oleh masyarakat internasional," tambah Mao Ning.
Mao Ning menyebut, China siap bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat nan baru untuk meningkatkan perbincangan dan komunikasi dan mengelola perbedaan dengan baik.
"Kami siap mengamankan kemajuan nan lebih besar dalam hubungan China-AS dari titik awal nan baru, memperluas kerja sama nan saling menguntungkan, menemukan langkah nan tepat bagi kedua negara untuk hidup berdampingan di era baru dan membawa faedah bagi kedua negara dan dunia," ujar Mao Ning.
Trump mengambil sumpah kedudukan dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung John Roberts. JD Vance kemudian mengambil sumpah kedudukan sebagai Wakil Presiden AS periode 2025-2029 dan dilanjutkan dengan penyampaian pidato pelantikan oleh Trump sebagai Presiden AS periode 2025-2029.
Baca juga Isi Lengkap Pidato Perdana Donald Trump sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat
Presiden China Xi Jinping telah berbincang dengan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, melalui telepon pada Jumat (17/1/2025). Hal ini menandai percakapan langsung pertama antara keduanya sejak 2021.
Donald Trump Janji Jadi Pembawa Perdamaian
Dalam pidatonya, Donald Trump menyampaikan tekadnya untuk menjadi seorang "pembawa perdamaian" selama masa kepemimpinannya.
Donald Trump menegaskan bahwa keberhasilan suatu pemerintahan tidak hanya diukur dari kemenangan dalam pertempuran, tetapi juga dari peperangan nan sukses dihentikan dan, nan terpenting, peperangan nan bisa dihindari.
"Sukses kita bakal diukur tidak hanya dari pertempuran nan kita menangkan, tetapi juga dari perang nan kita akhiri, dan mungkin nan paling penting, perang nan tidak pernah kita masuki. Warisan saya nan paling saya banggakan adalah menjadi seorang pembawa perdamaian dan penyatu. Itulah nan saya inginkan, menjadi seorang pembawa perdamaian dan penyatu," ujar Trump dengan penuh tekad dalam pidato perdananya usai dilantik menjadi Presiden ke-47 AS di Rotunda Capitol, Senin (20/1/2025).
Namun, setelah menyampaikan visi besar untuk bumi nan lebih damai, Trump beranjak ke topik nan lebih kontroversial: niatnya untuk merebut kembali Kanal Panama dari pemerintah Panama.
Ia mengumumkan bahwa Amerika Serikat bakal kembali menguasai kanal tersebut, sebuah jalur perdagangan vital nan sekarang berada di bawah kendali Panama.
Meskipun pemerintah Panama menegaskan bahwa mereka tidak bakal menyerahkan kendali kanal tersebut kepada Amerika Serikat, Trump sebelumnya tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan kekuatan dalam mengambil alih kanal itu jika diperlukan.