Buaya Ri Jadi Sorotan Dunia, Ternyata Paling Banyak Telan Korban

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah serangan buaya terhadap manusia terbanyak di dunia. Adapun, salah satu wilayah dengan kejadian serangan nan cukup tinggi adalah Bangka Belitung.

Bahkan, kejadian buaya RI nan galak disorot media asing. Channel News Asia berdasarkan laporan CrocAttack melaporkan sebuah pedoman info dunia mengenai serangan buaya. Dalam 10 tahun terakhir, terdapat lebih dari 1.000 serangan buaya di Indonesia, dengan 486 di antaranya berujung fatal, dikutip Sabtu (1/2/2025).

Menurut studi nan diterbitkan dalam jurnal Biological Conservation pada April 2023, tiga provinsi dengan kasus serangan tertinggi adalah Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur.

Langka Sani, seorang aktivis lingkungan nan mendirikan Alobi Foundation, organisasi pengamanan satwa di Pangkalpinang membeberkan bahwa di Pulau Bangka, jumlah serangan buaya terhadap manusia meningkat dalam enam tahun terakhir.

"Lebih dari 60 orang meninggal sejak 2016 di Bangka, tetapi jumlahnya meningkat tajam dalam enam tahun terakhir," kata Langka. Pada 2024, Alobi mencatat 10 kematian hingga November.

"Dibandingkan dengan 2016, saat kami mulai mengumpulkan data, peningkatannya sangat signifikan," tambahnya.

Mengapa Konflik antara Manusia dan Buaya Meningkat?

Adapun, untuk mengatasi serangan buaya, para mahir menilai perlu memahami akibat aktivitas manusia terhadap lingkungan di Bangka.

"Konflik (antara manusia dan buaya) meningkat lantaran kediaman buaya semakin rusak. Ini seperti peledak waktu," kata Langka.

Sebagaimana diketahui, Pulau Bangka kaya bakal timah, bahan krusial dalam perangkat elektronik seperti ponsel. Perusahaan besar seperti Apple dan Samsung dilaporkan memperoleh timah dari Bangka.

Menurut info nan dihimpun Statista, pada 2023 Indonesia merupakan produsen timah terbesar ketiga di bumi setelah China dan Myanmar. Berdasarkan info Kementerian ESDM, Bangka sendiri menyumbang 90 persen produksi timah nasional.

Selama bertahun-tahun, penambangan timah di Bangka dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ialah PT Timah. Namun, selama lebih dari satu dekade, tambang terlarangan marak bermunculan.

Para penambang mini sering menambang di wilayah nan diperuntukkan untuk penggunaan lain. Misalnya seperti rimba lindung alias konsesi perusahaan nan sedang dalam proses reklamasi.

"Kita tahu tambang terlarangan ada di mana-mana di belakang sekolah, di dekat instansi pemerintah, nyaris di setiap tempat," ujar Langka.

Buaya muara (Crocodylus porosus), nan sering menyerang manusia, hidup di sekitar muara sungai bukan di laut alias sungai dalam. Aktivitas tambang terlarangan di sekitar muara sering kali membikin mereka terganggu.

Langka mengatakan buaya muara adalah jenis buaya terbesar, dapat tumbuh hingga 7 meter dengan berat nyaris 1.000 kg. Mereka sangat sensitif terhadap suara.

"Terkadang mereka menyerang para penambang ilegal, alias beranjak ke hilir, tetapi ketika mereka sampai di tempat baru, biasanya wilayah itu sudah dihuni buaya lain," ujarnya.

Akibatnya, buaya bakal berkompetisi memperebutkan wilayah, dan beberapa di antaranya berhujung di wilayah perkotaan. Di Bangka, terdapat sekitar 97 sungai nan banyak melintasi pemukiman, termasuk Pangkalpinang, ibu kota provinsi Bangka Belitung.

Dengan tubuh nan sebagian besar terendam di air nan keruh akibat aktivitas tambang, buaya sering kali susah terlihat. Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas penambangan timah juga mulai merambah ke laut, sehingga semakin merusak kondisi sungai di Bangka.

Setelah terjadi serangan buaya, penduduk sering berupaya menangkap alias membunuh buaya untuk melindungi diri mereka. Hal ini menyulitkan upaya pengamanan oleh Alobi Foundation, kata Endi Yusuf, manajer pengamanan Alobi.

Jika tim Alobi tiba di letak dan menemukan buaya nan terluka, kemungkinannya untuk memperkuat hidup sangat kecil," ujar Endi.

"Mereka bisa meninggal saat kami coba selamatkan," tambahnya.

Buaya sebenarnya dilindungi oleh undang-undang dan tidak boleh ditangkap, diburu, alias dibunuh, meskipun bentrok dengan manusia sangat tinggi di Bangka.

Namun meski banyak buaya dibunuh dan kediaman mereka semakin rusak, populasi buaya di Bangka tampaknya tetap stabil, apalagi mungkin meningkat. Belum ada info pasti mengenai jumlah buaya muara di pulau ini.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Warga Butuh Internet Murah & Cepat, Provider Lokal Bisa Penuhi?

Selengkapnya