Bos Tugu Buka-bukaan Dampak Perang Tarif Trump Ke Asuransi Umum

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta detikai.com - Tekanan ekonomi dunia nan dipicu oleh perang tarif disebut berakibat ke sektor asuransi. Hal ini pun tengah diantisipasi oleh asuransi umum pelat merah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU).

Direktur Utama TUGU Tatang Nurhidayat mengatakan, akibat perang tarif ke sektor asuransi umum bisa berupa akibat langsung dan tidak langsung. Diantaranya, daya beli masyarakat hingga proses deindustrialisasi, meski pengaruhnya berbeda-beda antara sektor.

"Selain itu, reinsurance kita juga banyak dari luar negeri, premi juga ada nan mata duit asing. Lalu kajian sensitifitas industri terhadap akibat likuiditas, apakah piutangnya lebih tidak lancar, walaupun tidak macet, tapi kemungkinannya membesar," ungkap Tatang dalam paparannya di depan media, Kamis, (17/4/2025).

Namun, dia menilai perusahaan di sektor daya nan menjadi kebanyakan portofolio pengguna TUGU tidak terlalu terpengaruh. Pasalnya, aset di sektor tersebut tidak bakal berkurang lantaran kebutuhan daya di Indonesia tetap tinggi.

Sebaliknya, tekanan mulai terasa di sektor ritel seperti asuransi kendaraan bermotor nan menunjukkan penurunan. Ia juga semoat menyinggung akibat ke asuransi angsuran dan tekstil meski porsi portofolionya kecil.

Sejalan, Direktur Keuangan dan Layanan Korporat TUGU Emil Hakim menambahkan akibat perang tarif sudah terasa dalam jangka pendek. Salah satunya melalui perubahan nilai tukar serta tekanan terhadap keahlian investasi perusahaan.

"Kalau pasar saham jatuh Kemudian juga tingkat suku bunganya naik, itu kan tentu bakal berpengaruh langsung ke investasi dalam jangka pendek. Makanya hasil investasi kita di Februari kan agak sedikit tidak begitu bagus. Tapi di Maret udah mulai recovery. Kita harapkan disampai dengan akhir tahun mulai ada perbaikan," kata Emil.

Sebagai langkah antisipasi, TUGU mulai menggarap strategi nan lebih garang di pasar. Perusahaan bakal konsentrasi mencari pengguna baru dan kesempatan peningkatan margin dengan melakukan efisiensi di lingkup operasional.

Emil memperkirakan pertumbuhan premi belum bakal terasa pada 2025 lantaran banyak polis sudah diperpanjang sejak awal alias akhir tahun sebelumnya. Namun, jika kondisi tidak membaik, maka tekanan pertumbuhan premi bisa makin terasa di tahun-tahun mendatang.

Sebagai langkah antisipasi, TUGU mulai menggarap strategi nan lebih garang di pasar. Perusahaan bakal konsentrasi mencari pengguna baru dan kesempatan peningkatan margin sebagai bagian dari upaya mitigasi jangka panjang.

Melansir laporan finansial per Februari 2025, TUGU mencatatkan raihan premi netto sebesar Rp216,79 miliar. Angka ini naik dari tahun lampau sebesar Rp163,01 miliar.

Meski demikian, TUGU membalikkan posisi hasil investasi dari untung menjadi rugi. Adapun perolehannya di tahun ini tercatat defisit Rp13,82 miliar, turun dari tahun lampau surplus Rp57,73 miliar.

Sementara itu, TUGU mencatat beban upaya sebesar Rp69,63 miliar. Dengan demikian, TUGU mencatatkan untung setelah pajak sebesar Rp8,81 miliar di Februari 2025.


(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: ADB Pangkas Prospek Ekonomi Negara Berkembang di Asia-Pasifik

Next Article Pendapatan Anak Usaha TUGU Melesat, Ini Penjelasannya

Selengkapnya